Kamis, Juli 10, 2025
Google search engine
BerandaWeekend"Mindset Itu Tidak Bisa Diubah Tapi Bisa Digeser" Sebuah Guncangan Perspektif Tentang...

“Mindset Itu Tidak Bisa Diubah Tapi Bisa Digeser” Sebuah Guncangan Perspektif Tentang Pola Pikir dan Pergeseran Kesadaran

Oleh: Asep Tapip Yani

(Dosen Pascasarjana UMIBA Jakarta)

Mindset dan Ilusi Perubahan

Selama ini kita dicekoki narasi bahwa mindset bisa “diubah”. Motivator bilang begitu. Trainer SDM bilang begitu. Bahkan buku-buku self-help tebal-tebal juga begitu. Tapi, mari kita pertanyakan: benarkah mindset bisa diubah?

Atau jangan-jangan, mindset itu tidak bisa diubah… tapi bisa digeser?
Apa bedanya?

Kalimat ini bukan sekadar permainan kata. Ini adalah shift of paradigm pergeseran kesadaran tentang bagaimana manusia berproses dengan pikirannya sendiri. Mari kita bedah.

Melawan Dogma “Ubah Dirimu!”

“Ubah mindset-mu!” adalah mantra yang sering kita dengar dari seminar motivasi, buku pengembangan diri, sampai ceramah agama. Tapi kalimat ini menyimpan satu ilusi besar: seolah-olah manusia bisa mencabut akar pikirannya begitu saja dan menanam benih baru dalam semalam.

Pertanyaannya: bisakah mindset benar-benar diubah?Atau justru lebih realistis (dan radikal) untuk mengatakan bahwa mindset itu tidak bisa diubah, tapi bisa digeser?

Kita tidak sedang bermain diksi. Kita sedang menggugat pemahaman lama, dan menawarkan kerangka berpikir baru yang lebih dalam, lebih manusiawi, dan lebih masuk akal.

Otak Tidak Di-‘ubah’, Tapi Di-‘program ulang’

Dalam psikologi kognitif, mindset adalah hasil dari ribuan pola berpikir dan pengalaman yang tertanam kuat. Kita menyebutnya neural pathway. Dan pathway itu tidak bisa dihapus begitu saja.

Yang bisa dilakukan adalah membentuk jalur baru, atau mengalihkan jalur yang sudah ada menuju arah yang berbeda. Inilah yang disebut: neuroplasticity. Kita tidak “mengubah” mindset lama, kita menggeser dominasi pikiran ke jalur baru.

Otak tidak menghapus file lama. Ia hanya membuat shortcut baru ke file yang berbeda. Lama-lama shortcut lama ditinggalkan.

Otak Tidak Reset, Tapi Rewire

Neurosains modern mengungkapkan bahwa mindset adalah hasil dari pola koneksi sinaptik di otak dibentuk oleh pengalaman masa kecil, trauma, kebiasaan, lingkungan, dan sistem nilai. Neuroplasticity memungkinkan kita membangun jalur pikir baru, tapi jalur lama tidak otomatis hilang.

Analogi: Jalan setapak yang sering dilewati akan menjadi jalan utama. Jika kita ingin “mengubah” arah, kita tidak bisa membuldoser jalur lama. Tapi kita bisa membuat jalur baru, lalu menggeser perhatian dan kebiasaan ke jalur itu.

Kesimpulan dari Neurosains: Otak manusia tidak uninstall mindset lama, tapi bisa overwrite melalui latihan, pengalaman baru, dan kesadaran terus-menerus.

Otak Tidak Didesain untuk Berubah, Tapi untuk Bertahan

Dari sudut pandang evolusi, mindset diciptakan oleh spesies manusia untuk bertahan hidup. Apa yang diyakini dan dipahami nenek moyang kita menjadi dasar pola pikir kita hari ini. Maka, mindset lama tidak “salah”, ia hanya sudah tidak relevan di konteks zaman baru.

Maka, tugas kita bukan mengubahnya, tapi menggesernya dari pola bertahan hidup ke pola berkembang. Dari pola takut gagal ke pola siap belajar. Dari mental mangsa ke mental pemburu peluang.

Kesimpulan Evolusioner: Manusia bukan mesin perubahan, tapi makhluk penyesuaian (adaptasi). Dan geser lebih sesuai dengan prinsip adaptasi daripada ubah.

Identitas Sosial Tidak Bisa Diubah Sembarangan

Mindset juga bagian dari identitas sosial: apa yang diyakini kelompok, komunitas, agama, bahkan bangsa. Mengubah mindset berarti mengubah identitas, dan itu berisiko menimbulkan resistensi luar biasa.

Tapi jika mindset itu digeser secara halus, bertahap, dan kontekstual, maka identitas bisa tetap utuh namun cara berpikirnya lebih lentur dan dewasa.

Contoh: Perubahan mindset gender di masyarakat patriarkal. Tidak mungkin langsung ubah 180 derajat, tapi bisa digeser perlahan melalui narasi film, kurikulum, dan peran tokoh panutan.

Kesimpulan Sosial: Mengubah mindset kolektif = revolusi (berdarah). Menggeser mindset kolektif = reformasi (berkala, terstruktur).

 Identitas Tidak Bisa Diubah, Tapi Bisa Diinterpretasi Ulang

Mindset adalah bagian dari identitas. Dalam filsafat eksistensialisme, manusia tidak sepenuhnya bisa mengubah dirinya, tapi bisa menafsirkan ulang dirinya. Kita tidak mengganti otak kita dengan otak baru. Tapi kita bisa membaca ulang narasi hidup kita dengan sudut pandang yang digeser.

Contoh? Seorang pemarah yang menyadari bahwa “amarahnya” dulunya adalah bentuk kepedulian yang terpendam. Mindsetnya bergeser dari “aku pemarah” menjadi “aku peduli, tapi belum tahu cara mengekspresikannya.”

Kita tidak mengubah siapa diri kita, kita hanya memindahkan lensa yang kita pakai untuk melihat diri kita.

Mindset Makeover Itu Mitologi Modern

Budaya pop menjual narasi “glow up mindset” seperti makeover wajah. Satu quotes, satu motivator, satu workshop—lalu “berubah”. Padahal dalam kenyataan, perubahan mindset terjadi melalui siklus guncangan, keraguan, dan refleksi panjang.

Tokoh seperti Kanye West, Elon Musk, atau Kanye yang tiba-tiba “berubah”, sebenarnya menggeser posisi pandangnya, bukan sepenuhnya berubah jadi orang baru.

Kesimpulan Pop Culture: Media mencitrakan “ubah mindset” sebagai transformasi dramatis. Tapi kenyataannya, pergeseran mindset adalah proses penuh luka, lambat, dan tidak Instagramable.

Geser Nafsu ke Cahaya

Dalam tradisi agama-agama besar, manusia diajak untuk tidak serta-merta “mengubah diri” tapi “menyucikan hati”, “menjernihkan akal”, dan “menggeser nafsu ke arah cahaya”. Ini adalah bahasa simbolik dari shifting mindset.

Nabi Ibrahim tidak mengubah dirinya jadi orang tanpa rasa takut. Tapi beliau menggeser rasa takutnya dari manusia ke Tuhan.
Dalam tasawuf, “tajalli” bukan menghapus ego, tapi membuka lapisan-lapisan kesadaran menuju cahaya Ilahi.

Kesimpulan Spiritualitas: Mindset lama tidak dilawan. Ia diterangi. Maka ia bergeser.

Pikiran Itu Awan, Kesadaran Itu Langit

Tradisi Zen dan sufisme sering menyebut pikiran manusia sebagai “awan yang lewat”. Tidak bisa dikontrol penuh, tidak bisa diubah. Tapi bisa disaksikan, diamati, dan diarahkan.

Kita tidak “mengubah” awan di langit. Tapi kita bisa menggeser pandangan kita dari awan gelap ke awan cerah. Inilah kekuatan witnessing consciousness kesadaran sebagai pengamat.

Kita tidak berperang melawan pikiran lama. Kita hanya berhenti memelototinya, dan mengalihkan perhatian ke langit yang lebih luas.

Geser Zona Nyaman, Bukan Hancurkan Zona Aman

Mindset tidak bisa diubah secara radikal. Tapi bisa digeser secara perlahan lewat pengalaman yang disengaja(experiential learning).

Teori Constructivism dalam pendidikan mengatakan bahwa manusia belajar bukan dari “diberi tahu”, tapi dari membangun makna baru dari pengalaman lama. Ini bukan penghancuran, ini pergeseran.

Belajar bukan soal “mengganti” isi kepala. Tapi soal “menata ulang” rak ide agar pemahaman baru punya ruang hidup.

Ilmu Geser Arah, Bukan Banting Setir

Filosofi Jawa sangat halus. Tidak mengenal istilah “ubah total”. Yang dikenal adalah “alihkan arah” (panggeseran).

Orang Jawa akan mengatakan: “Nek kowe ora iso ngowahi dalane banyu, yo kowe sing kudu alon-alon ngoyak arus.

Mindset dalam tradisi lokal dipahami sebagai sesuatu yang dibelokkan, bukan diputus. Kesimpulan kearifan lokal: Ubah itu kasar. Geser itu bijaksana.

AI Juga Tidak Diubah, Tapi Di-update dan Di-training Ulang

Kita bisa belajar dari cara kerja AI. Model AI tidak “diubah total”. Tapi dilatih ulang, diberi input baru, dan dioptimasi secara bertahap. Prosesnya bukan “delete mindset“, tapi “adjust parameter“.

Begitu juga manusia. Manusia bukan di-reset, tapi di-refine. Digeser pelan-pelan dengan data dan pengalaman baru.

Mindset Rakyat Tidak Bisa Diubah Lewat Janji.
Tapi Bisa Digeser Lewat Kebijakan Mikro

Pemerintah yang ingin “ubah cara pikir rakyat” sering gagal. Tapi jika kebijakan dibuat dengan mempengaruhi habit kecil(subsidi tepat, edukasi publik, regulasi harga), maka mindset publik bisa bergeser secara alami.

Contoh: Program cuci tangan di masa pandemi. Bukan soal mengubah kepercayaan, tapi menggeser kebiasaan melalui fasilitas dan edukasi.

Pergeseran Mindset Lebih Efektif daripada Revolusi Budaya

Organisasi sering gagal dalam “mengubah budaya”. Kenapa? Karena mindset kolektif tidak bisa diubah begitu saja. Tapi bisa digeser melalui kebijakan kecil yang konsisten.

Bukan revolusi. Tapi evolusi. Bukan perubahan ekstrem, tapi mikro-pergeseran terus menerus. Seperti Amazon yang tidak bilang “kami ubah cara berpikir perusahaan”, tapi bilang “kami geser cara mendengar pelanggan”.

Perubahan mindset kolektif bukan revolusi ide, tapi pergeseran kebiasaan yang berulang.

Ubah Itu Ilusi. Geser Itu Evolusi.

Kita tidak pernah benar-benar mengubah mindset. Kita mengalihkan perhatian, menggeser persepsi, dan mengarahkan energi mentalke titik-titik baru. Kita tidak “membunuh” pola pikir lama. Kita hanya membuat pola baru yang lebih dominan. Dan itulah kekuatan manusia—bukan mengubah, tapi memilih untuk bergeser.

Kutipan yang Menegaskan dan Menyetrum Kesadaran

“You can’t change the direction of the wind, but you can adjust your sails.” – Jimmy Dean

“Pikiran tidak bisa dihapus. Tapi bisa ditinggalkan.” – Zen Wisdom

“Manusia tidak bisa mengubah masa lalu, tapi bisa menggeser arah makna dari masa lalu itu.” – Viktor Frankl

“Change is painful. Shifting is graceful.” – Unknown

“A man does not step into the same river twice, for it is not the same river, and he is not the same man.” – Heraclitus

“Jangan perangi pikiran lamamu. Pimpin saja dirimu pelan-pelan ke tempat yang lebih terang.” – Rumi

Ubah Itu Kekerasan Psikis. Geser Itu Transformasi Psikologis

Kita tidak perlu mengganti otak.Kita hanya perlu mengarahkan cahaya baru ke sisi otak yang belum tersentuh. Bukan ganti isi kepala, tapi ganti cara kepala melihat  isinya.

Kalau kamu tidak percaya mindset bisa diubah, kamu normal. Tapi kalau kamu sadar bahwa mindset bisa digeser—selamat, kamu sedang memulai transformasi sesungguhnya.

Kalau setuju dengan artikel ini, maka anda sedang tidak mengubah pikiranmu. Anda sedang menggeser cara berpikir anda. Dan itu jauh lebih dalam daripada sekadar berubah.

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -
Google search engine
Google search engine
Google search engine
Google search engine

Most Popular

Recent Comments