Kamis, Juni 12, 2025
Google search engine
BerandaReligiMengapa Harus Setia?… Kesetiaan di Tengah Dunia yang Gemar Berpindah Hati

Mengapa Harus Setia?… Kesetiaan di Tengah Dunia yang Gemar Berpindah Hati

Oleh: Asep Tapip Yani

(Dosen Pascasarjana UMIBA Jakarta)

“Kesetiaan adalah bukti bahwa cinta bukan sekadar kata, tapi pilihan yang dijaga dalam diam.”— Anonim

Di zaman sekarang, di mana segala sesuatu mudah diganti, diperbarui, ditinggalkan, dan dilupakan, kesetiaan terdengar seperti artefak kuno. Hubungan berakhir karena notifikasi. Komitmen pudar oleh godaan algoritma. Janji tinggal arsip.

Lalu, apakah masih masuk akal untuk berbicara soal kesetiaan?

Jawaban singkat: Ya, justru sekaranglah saatnya kita bicara lebih serius tentang setia.
Jawaban panjang? Mari kita telusuri dari berbagai perspektif: filsafat, psikologi, agama, sejarah, dan sisi gelap logika modern.

Kesetiaan adalah Kontrak Eksistensial

Dalam pemikiran filsafat, kesetiaan adalah bentuk tertinggi dari kebebasan yang dipertanggungjawabkan. Sartre berbicara tentang eksistensi manusia sebagai makhluk yang bebas, tapi kebebasan itu tak berarti apa-apa tanpa tanggung jawab. Kesetiaan adalah salah satu bentuk choice yang paling “absurd”: kita memilih untuk tetap, meski ada jutaan alasan untuk pergi.

Kierkegaard menyebut kesetiaan sebagai “leap of faith” — lompatan iman yang melampaui logika dan untung-rugi. Setia berarti percaya pada sesuatu yang belum tentu menjanjikan kemudahan, tapi tetap kamu pilih karena nilai yang kamu pegang lebih dari sekadar rasa.

Setia Itu Bukan Terkurung, Tapi Terkoneksi

Ada anggapan salah bahwa kesetiaan itu membatasi, membuat hidup jadi membosankan. Padahal, dari sudut pandang psikologi hubungan, kesetiaan justru menciptakan keamanan emosional.

Penelitian dari Harvard Study of Adult Development (studi longitudinal lebih dari 80 tahun) menunjukkan bahwa relasi yang stabil dan setia adalah penentu kebahagiaan dan kesehatan jangka panjang. Kesetiaan membangun rasa percaya, memperkuat ikatan, dan membuat konflik bisa diselesaikan dengan lebih sehat.

“Relationship is not about finding the right person, but about staying with them long enough to become right for each other.”— Carl Rogers

Kesetiaan Adalah Pilar Peradaban

Tak ada peradaban besar tanpa kesetiaan. Bayangkan prajurit yang tidak setia kepada sumpahnya, rakyat yang tidak setia kepada negaranya, atau pemimpin yang mengkhianati sumpah jabatan.

Bangsa Jepang menjunjung tinggi konsep giri kesetiaan kepada kehormatan, keluarga, dan tanggung jawab. Budaya Jawa mengenal kawula-gusti, di mana kesetiaan bukan kelemahan, tapi bentuk spiritualitas hubungan antara manusia dan kekuasaan yang adil.

Di tengah budaya “cancel”, “ghosting”, dan “move on cepat”, kesetiaan adalah nilai subversif yang revolusioner: ia menciptakan ketahanan sosial.

Tokoh-Tokoh yang Melegenda karena Kesetiaannya

  • Habibie & Ainun: Siapa yang tak tersentuh oleh kisah kesetiaan Pak Habibie kepada istrinya bahkan setelah wafat? “Cintaku tak berhenti walau jasadnya tak lagi di sini,” ucapnya. Itu bukan drama, itu dedikasi.
  • Nelson Mandela: Setia pada prinsip anti-apartheid meski harus 27 tahun di penjara. Ia bisa saja menyerah, berkompromi, tapi tidak.
  • Ibu Teresa: Setia pada misi kemanusiaan di Kalkuta hingga akhir hayat. Hidupnya bukan soal sukses, tapi soal kesetiaan pada panggilan jiwa.
  • Soedirman: Panglima TNI yang tetap setia memimpin perang gerilya walau sakit TBC parah. Kesetiaan pada tanah air melebihi nyawa sendiri.

Tidak Setia Itu Menyesatkan Diri Sendiri

Mari kita uji argumen kebebasan modern:
“Setiap orang bebas mencintai siapa pun dan kapan pun. Kalau bosan, tinggal ganti. Hidup cuma sekali, kenapa harus setia?”

Tapi tunggu:
Kalau kamu tidak setia pada siapa pun, bagaimana kamu bisa berharap orang setia padamu?

Tanpa kesetiaan, semua jadi sementara. Tanpa kesetiaan, semua jadi transaksional.
Dan pada akhirnya, manusia tidak sedang merayakan kebebasan, tapi mengasingkan diri dari kedalaman cinta yang sesungguhnya.

“Kesetiaan bukanlah soal tidak tergoda. Tapi soal memilih untuk tidak menyerah pada godaan, demi sesuatu yang lebih berharga.”— Joshua Harris

Kesetiaan Butuh Keberanian

Di era media sosial, dunia memberikan kita ribuan pilihan setiap hari — swipe kanan, kirim DM, follow, like, chat diam-diam. Godaan bukan lagi luar biasa, tapi sudah jadi biasa. Kesetiaan kini bukan hanya kepada pasangan, tapi juga kepada nilai-nilai pribadi. Kamu bisa memilih untuk tetap setia pada prinsipmu tidak membeli followers, tidak menjual privasi demi konten viral, tidak menggadaikan idealisme demi popularitas. Kesetiaan adalah bentuk perlawanan terhadap era instan.

Setia Itu Puitik

Penyair Sapardi Djoko Damono menulis:

“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana…”
“…dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu.”

Setia itu tidak selalu meledak-ledak. Kadang ia diam. Tapi justru di dalam diam itu, ada kekuatan yang tak bisa dipalsukan.

Risiko Setia: Ya, Kadang Sakit Tapi Itu Bukti

Setia tidak selalu dibalas setia. Setia bisa jadi membuatmu menangis. Tapi justru dari sana, kamu tahu: cinta sejati tidak murah. Dan hidup tidak selalu soal hasil. Tapi soal siapa yang kamu pilih untuk tetap ada, bahkan saat segalanya goyah. Setia adalah luka yang rela. Tapi justru di luka itu, kita belajar apa arti dari mencinta dengan jiwa.

Setia Itu Tidak Gila, Tapi Agung

Setia bukan karena kamu lemah. Tapi karena kamu kuat untuk tidak terombang-ambing. Setia bukan karena kamu bodoh. Tapi karena kamu tahu: tidak semua hal bisa diganti. Setia bukan soal tidak ada pilihan lain. Tapi karena kamu sudah memilih yang paling layak.

“Kesetiaan adalah keputusan untuk tetap bertahan ketika dunia berkata kamu bebas pergi.”— Anonim

Jadi, mengapa harus setia?

Karena tanpa kesetiaan, cinta kehilangan makna.
Karena tanpa kesetiaan, dunia kehilangan jiwa.
Karena tanpa kesetiaan, kamu kehilangan dirimu sendiri.

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -
Google search engine
Google search engine
Google search engine
Google search engine

Most Popular

Recent Comments