Penulis: Dwi Arifin (Duta Baca Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi Jawa Barat)
“Jika engkau bertanya sesuatu kepada seseorang yang mencintai hal itu, maka dia akan memuji atau menjawab memakai referensi yang mendukung tentang apa yang disukainya. Namun jika engkau bertanya kepada seseorang yang membenci atau tidak setuju dengan hal itu, maka dia akan menjawab menggunakan referensi yang mengarahkan tentang hal buruknya. Tetapi jika engkau bertanya kepada seseorang yang adil atau tidak memihak terhadap kondisi tersebut, maka dia akan menjelaskan kekurangan dan kelebihan, kebaikan dan keburukan, serta merumuskan yang terbaik untuk semua pihak”
Fenomena sosial merujuk pada hal-hal yang berhubungan dengan masyarakat, interaksi antar individu, kelompok, dan juga aspek-aspek kehidupan bersama dalam suatu masyarakat.
Maka dalam menyikapi fenomena sosial yang sedang muncul ke publik, sudah semestinya memiliki tiga rerefensi dalam menyikapinya. Referensi dari mereka yang mendukung, mereka yang tidak setuju dan mereka yang bersikap adil kepada hal itu.
Sebab konflik sosial terjadi karena adanya sebagian kelompok yang sangat memuji-muji, sebagian lagi berupaya merendahkan atau bahkan menghinanya.
Maka, jika masyarakat terbiasa berpikir untuk tidak terlalu memuji yang membuat ketergantungan atau berlebihan dalam mengidolakan seseorang. Serta menghindari untuk tidak mencaci atau merendahkan seseorang. Namun berupaya berpikir adil atau menggunakan kerangka berpikir dengan aturan agama, negara dan kearifan lokal untuk menyeimbangkan antara padangan terhadap kekurangan dan kelebihan. Serta berupaya merumuskan sesuatu yang terbaik di antara keduanya. Maka hal itu akan menghindarkan konflik sosial atau dapat menciptakan keharmonisan sosial.
