(Kabupaten Bandung)-, Hati ibarat raja, sedangkan anggota tubuh lain ibarat rakyat yang mengikutinya. Jika yang diikuti baik, maka pengikutnya pun akan baik.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَلاَ وَإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً: إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ، أَلاَ وَهِيَ القَلْبُ
“Ingatlah bahwa dalam tubuh itu ada segumpal daging. Jika daging itu baik, maka baik pula seluruh tubuh. Jika daging itu rusak, maka rusak pula seluruh tubuh. Daging tersebut ialah hati,” (HR al-Bukhari).
Sebagai upaya untuk menjaga agar setiap amalan tetap baik, maka siapa pun harus menjaga dan selalu memperbaiki keadaan hatinya.
Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama / MWC Kecamatan Katapang menyelenggarakan “Ngawayuh” ngaji wayah subuh, setiap hari sabtu di Masjid Besar Katapang. Kajian subuh membahas isi kitab Adabu Ta’lim Wal Muta’alim, karya Hadrotusyekh KH. Hasyim Asyari.
Ustadz Sholeh Wakil Rois Syuriyah MWC NU Kecamatan Katapang sebagai penerjemah halaman 44 kitabnya menjelaskan berbagai penyakit hati yang dibahas dalam kitab yaitu kesombongan, membicarakan keburukan orang lain/ghibah, adu domba/namimah, riya, ujub, kikir, tamak, hasud dan jenis penyakit lainnya.
Saat penutupan pengajian subuh tersebut, disimpulkan ada 4 obat dari berbagai penyakit hati. Pertama senantiasa berdzikir atau ingat kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Kedua berpikir atau menyadari bahwa tidak ada manfaat dari berbagai penyakit hati itu, justru akan merusak atau berbahaya bagi diri. Ketiga berupaya fokus menghisab diri dan menjauhi diri dari sibuk menilai keburukan orang lain. Keempat berupaya berkumpul dengan orang-orang sholeh.