Oleh: Asep Tapip Yani
(Dosen Pascasarjana UMIBA Jakarta)
“Orang muda adalah masa depan, tapi lansia adalah jiwa dari sejarah dan kearifan.”
Saat kita sibuk berbicara tentang bonus demografi, sebuah kenyataan perlahan tapi pasti menyelinap dari balik layar: populasi lansia sedang meledak (aging population). Dunia sedang menua. Dan Indonesia, yang selama ini dikenal sebagai bangsa muda, sedang bergerak menuju struktur penduduk menua lebih cepat dari yang dibayangkan. Inilah paradoks demografi: ketika angka kelahiran turun dan harapan hidup naik, masyarakat menjadi panjang umur… tapi belum tentu sejahtera.
Apa Itu Aging Population dan Mengapa Ini Urusan Semua Orang?
Aging population adalah fenomena ketika proporsi penduduk lanjut usia (biasanya 60 tahun ke atas) meningkat signifikan dalam komposisi penduduk. Ini bukan hanya persoalan statistik, tapi fenomena sosial, ekonomi, dan moral. Di Jepang, lebih dari 28% penduduk adalah lansia. Korea Selatan dan Tiongkok akan segera menyusul. Indonesia sendiri diproyeksikan menjadi negara aging population pada 2035, ketika 15% penduduknya adalah lansia. Bayangkan, satu dari tujuh orang adalah kakek-nenek.
Dampak Aging Population: Antara Bonus dan Bencana
1. Peningkatan Biaya Kesehatan
Lansia rentan terhadap penyakit kronis: diabetes, hipertensi, demensia, dan lain-lain. Sistem kesehatan kita belum siap menghadapi lonjakan kebutuhan perawatan jangka panjang dan pembiayaan kesehatan lansia. Tanpa antisipasi, BPJS bisa ambruk karena kelelahan finansial.
2. Pengurangan Tenaga Kerja
Angkatan kerja menyusut. Jika tidak ada regenerasi yang cepat, dunia industri akan kekurangan pekerja. Ini bisa memicu perlambatan ekonomi. Padahal, pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada produktivitas usia kerja.
3. Perubahan Struktur Keluarga
Lansia hidup lebih lama, tapi tidak selalu bersama keluarga. Pola nuklir dan urbanisasi menyebabkan banyak lansia hidup sendiri. Loneliness epidemic mengintai. Beban merawat orang tua jatuh pada generasi sandwich: bekerja, membesarkan anak, sekaligus merawat orang tua.
Bagaimana Menyikapi Aging Population?
Menyikapi penuaan penduduk bukan tentang menyembunyikan uban, tapi tentang membangun sistem yang adil dan manusiawi untuk semua umur. Inilah yang perlu dilakukan:
1. Meningkatkan Kualitas Hidup Lansia
Lansia bukan beban jika mereka sehat, mandiri, dan dihormati. Maka:
- Bangun layanan kesehatan geriatri (khusus lansia) di puskesmas dan RS.
- Pastikan akses terhadap obat, terapi fisik, dan konsultasi psikososial.
- Kembangkan age-friendly cities — kota yang ramah lansia, dengan trotoar aman, ruang terbuka, dan transportasi inklusif.
2. Mengembangkan Kebijakan Penuaan yang Progresif
- Perbaiki sistem pensiun agar berkelanjutan dan adil.
- Integrasikan jaminan sosial lintas umur, termasuk asuransi kesehatan dan tunjangan kesejahteraan lansia.
- Libatkan lansia dalam perencanaan kebijakan: bukan sekadar penerima manfaat, tapi subjek aktif.
3. Meningkatkan Kesadaran Masyarakat
- Kampanye nasional “Penuaan Sehat dan Bermartabat”.
- Masukkan edukasi soal aging dalam kurikulum sekolah: ajarkan anak muda bagaimana menghormati dan merawat lansia.
- Hilangkan ageisme: diskriminasi berdasarkan usia. Lansia bukan usang, mereka berharga.
4. Mengembangkan Teknologi Pendukung
- Gunakan IoT untuk memantau kesehatan lansia secara real-time.
- Desain wearable device yang mudah digunakan lansia: pengingat obat, GPS pelacak, alarm jatuh.
- Robotika dan AI untuk membantu aktivitas harian, bukan menggantikan kehadiran manusia, tapi mendukungnya.
5. Meningkatkan Partisipasi Sosial dan Ekonomi Lansia
- Lansia bisa bekerja paruh waktu, menjadi mentor, relawan, atau content creator!
- Kembangkan inkubator usaha mikro lansia.
- Adakan senior festival, bukan hanya pameran kesehatan, tapi juga ajang seni, budaya, dan inovasi lintas generasi.
Akhirnya: Tua Adalah Keuntungan, Jika Dirancang dengan Cinta
“A society that does not value its elderly denies its future.” – Jane Jacobs
Jika kita gagal menyiapkan sistem yang adil bagi lansia, kita sedang menciptakan masa tua yang menakutkan — untuk diri kita sendiri. Tapi jika kita menyikapinya dengan bijak dan progresif, lansia akan menjadi penjaga kearifan dan stabilitas sosial. Dalam struktur masyarakat yang sehat, lansia bukan beban, tapi berkah panjang umur yang mendewasakan peradaban.
Indonesia tak perlu takut menjadi tua, asal tahu bagaimana menjadi tua dengan bermartabat.