Selasa, Mei 13, 2025
Google search engine
BerandaPemerintahanRE-DESAIN SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA: Mulai dari Mana dan Berujung ke Mana?

RE-DESAIN SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA: Mulai dari Mana dan Berujung ke Mana?

Oleh: Asep Tapip Yani

(Dosen Pascasarjana UMIBA Jakarta)

“Jika sistem pendidikan hanya mencetak manusia yang tahu banyak tapi tak tahu arah, maka kita sedang membangun pabrik manusia bingung.”

Pendidikan Indonesia sedang berdiri di antara dua jurang: jurang ketertinggalan dan jurang keterasingan. Di satu sisi, kita tertinggal dalam kualitas dan akses. Di sisi lain, pendidikan kita makin asing dari kenyataan hidup masyarakat. Ironisnya, meski reformasi sudah berjalan dua dekade lebih, sistem pendidikan kita justru kerap berputar-putar di labirin kebijakan tambal sulam. Kini saatnya kita tidak hanya mereformasi, tapi meredesain.

Mulai dari Mana?

Redesain bukan tambal sulam. Ia menuntut keberanian memulai dari akar. Ada tiga langkah awal:

1. Membedah Realitas, Bukan Berandai-andai

Sebelum bicara masa depan, kita harus jujur tentang hari ini. Realitas pendidikan Indonesia ditandai oleh:

  • Ketimpangan mutu antar wilayah yang sangat mencolok.
  • Sekolah yang sibuk mengejar angka, bukan makna.
  • Kurikulum yang overload tapi underpurpose.
  • Guru yang terperangkap dalam beban administratif, bukan pengembangan profesional.

Ini bukan hanya kelemahan teknis, tapi kegagalan filosofis. Kita perlu bertanya ulang: apa sebenarnya tujuan pendidikan nasional kita?

2. Menentukan Tujuan: Pendidikan untuk Apa dan untuk Siapa?

Redesain pendidikan tak akan bermakna jika tidak menjawab dua pertanyaan eksistensial:

  • Apakah pendidikan kita hanya untuk meluluskan siswa dari ujian, atau untuk mempersiapkan manusia hidup secara utuh?
  • Apakah pendidikan kita untuk pasar kerja semata, atau juga untuk membangun peradaban?

Visi pendidikan masa depan harus menjawab tantangan zaman: disrupsi teknologi, krisis iklim, kegersangan moral, dan fragmentasi sosial. Maka, pendidikan Indonesia harus ditujukan untuk mencetak manusia yang berilmu, bernurani, dan berdaya saing global.

3. Mengumpulkan Data, Menolak Ilusi

Seringkali kebijakan pendidikan dibuat berdasarkan asumsi, bukan bukti. Redesign harus berbasis pada:

  • Data ketimpangan dan akses.
  • Profil guru dan siswa.
  • Realitas infrastruktur.
  • Tantangan lokal dan global.

Tanpa data, kita hanya mendesain mimpi, bukan solusi.

Langkah-Langkah Redesain: Membongkar untuk Membangun

Berikut adalah roadmap transformatif menuju sistem pendidikan Indonesia yang baru:

1. Kurikulum yang Hidup dan Relevan

Kurikulum bukan kitab suci yang dibekukan. Ia harus hidup, lentur, dan kontekstual. Kurikulum masa depan harus:

  • Fokus pada core competencies: berpikir kritis, kolaborasi, kreativitas, dan komunikasi.
  • Terintegrasi dengan realitas lokal dan tantangan global.
  • Mendorong proyek, bukan hafalan; pemecahan masalah, bukan pengulangan.

2. Guru sebagai Pemimpin Perubahan

Tanpa guru yang berdaya, semua gagasan hanya tinggal wacana. Maka:

  • Pendidikan guru harus direvolusi dari teori ke praktik reflektif.
  • Sistem rekrutmen dan promosi harus berbasis merit dan integritas.
  • Guru harus diberi ruang untuk tumbuh sebagai intelektual transformatif, bukan hanya pelaksana kurikulum.

3. Infrastruktur sebagai Ekosistem Belajar

Pendidikan bukan soal gedung, tapi ekosistem belajar. Maka:

  • Teknologi harus menjadi jembatan akses, bukan pengganti guru.
  • Perpustakaan, laboratorium, dan ruang diskusi harus menjadi jantung sekolah.
  • Sekolah harus menjadi taman ilmu, bukan penjara waktu.

4. Pendidikan Inklusif dan Tanpa Diskriminasi

Akses pendidikan harus menjadi hak, bukan privilese. Maka:

  • Daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) harus jadi prioritas utama.
  • Anak-anak dengan kebutuhan khusus harus mendapat dukungan sistemik.
  • Biaya pendidikan harus masuk akal dan tidak menciptakan kesenjangan struktural.

Berujung ke Mana?

Desain ulang bukan semata membangun sistem baru, tapi menjadi bangsa baru, bangsa yang:

1. Mencetak Generasi yang Unggul dan Tangguh

Sistem pendidikan yang kuat akan melahirkan:

  • Siswa yang kompeten, bukan hanya pintar angka.
  • Manusia yang adaptif, kreatif, dan tak mudah patah di tengah ketidakpastian.
  • Generasi yang berani berpikir dan bertindak, bukan hanya menunggu arahan.

2. Membangkitkan Kesadaran Kolektif Masyarakat

Pendidikan tak bisa diserahkan sepenuhnya pada negara. Ia harus menjadi gerakan sosial. Masyarakat, orang tua, komunitas lokal, dan dunia usaha harus:

  • Menjadi mitra aktif sekolah.
  • Menjadi penjaga nilai dan visi pendidikan.
  • Menjadi laboratorium pembelajaran alternatif.

3. Membangun Bangsa Berpengetahuan dan Berkarakter

Redesain pendidikan harus berujung pada satu misi: menciptakan peradaban baru di mana ilmu bertemu dengan akhlak, dan inovasi berpadu dengan empati. Ini bukan hanya soal IQ dan IPK, tapi tentang jati diri sebagai bangsa.

Penutup: Pendidikan sebagai Revolusi Sunyi

Redesain sistem pendidikan Indonesia bukan proyek lima tahun. Ini proyek lintas generasi. Dibutuhkan keberanian politik, kebijaksanaan akademik, dan kesabaran kultural. Tapi jika tidak dimulai hari ini, kita akan terus mencetak generasi yang siap ujian tapi gagal hidup.

Karena sejatinya, pendidikan bukan soal masuk sekolah atau lulus kuliah, tapi mengenal diri dan membangun dunia.

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -
Google search engine
Google search engine
Google search engine
Google search engine
Google search engine
Google search engine
Google search engine

Most Popular

Recent Comments