By: Asep Tapip Yani (Ketum AKSI)
Membangun jejaring antar kepala sekolah merupakan langkah strategis untuk memperkuat kolaborasi, meningkatkan kapasitas kepemimpinan, dan menciptakan ekosistem pendidikan yang suportif. Namun, jejaring sering kali terasa formal, kaku, dan kurang menyenangkan sehingga partisipasi menjadi rendah. Artikel ini menawarkan tip dan trik membangun jejaring kepala sekolah yang menyenangkan, inklusif, dan berdampak. Dilengkapi contoh penerapan, artikel ini bertujuan mendorong kepala sekolah untuk membangun koneksi dengan semangat berbagi, bukan bersaing.
Dalam dunia pendidikan yang dinamis, kepala sekolah tidak bisa bekerja sendirian. Perubahan kurikulum, tantangan manajerial, dan kebutuhan peningkatan mutu sekolah menuntut kolaborasi yang erat antar pemimpin sekolah. Sayangnya, banyak forum kepala sekolah bersifat formal dan cenderung transaksional. Padahal, jejaring yang menyenangkan justru membuka ruang kreativitas, dukungan emosional, dan pertukaran praktik baik.
Konsep Jejaring yang Menyenangkan
Jejaring kepala sekolah yang menyenangkan adalah interaksi kolaboratif yang dibangun atas dasar trust, respect, dan fun learning. Karakteristiknya antara lain:
- Ada semangat berbagi, bukan hanya pamer prestasi.
- Forum yang informal namun terorganisasi.
- Menciptakan suasana emosional yang aman dan menyenangkan.
- Memperhatikan kebutuhan personal dan profesional anggota jejaring.
A. MEMBANGUN JEJARING KEPALA SEKOLAH
1. Mulai dari Minat dan Passion Bersama
Bangun jejaring berbasis minat, misalnya komunitas kepala sekolah yang hobi menulis, fotografi, atau bahkan memasak. Kegiatan non-akademik dapat menjadi pintu masuk membangun relasi yang lebih kuat.
2. Gunakan Media Sosial dan Grup Online
Buat grup WhatsApp atau Telegram yang aktif dan bebas dari formalitas berlebihan. Gunakan untuk saling menyapa, berbagi humor pendidikan, dan info praktis.
3. Lakukan Pertemuan Tematik yang Fun
Alih-alih seminar kaku, buat kopi darat bertema: “Ngopi Bareng Kepala Sekolah”, “Gowes Sambil Ngobrol Kurikulum”, atau “Sarapan dan Sharing”. Tema-tema ringan tapi bernas akan memicu percakapan yang berkualitas.
4. Kembangkan Program Tukar Inspirasi
Ajak anggota jejaring melakukan school visit secara bergilir. Setiap kunjungan fokus pada praktik baik, bukan evaluasi. Bisa dikemas sebagai “Ngintip Hebatnya Sekolahmu”.
5. Libatkan Kepala Sekolah Muda dan Senior
Jejaring yang menyenangkan tidak eksklusif. Kepala sekolah baru perlu tempat belajar dan yang senior bisa menjadi mentor. Ciptakan format “Ngobrol Santai Lintas Generasi”.
6. Manajemen Jejaring yang Adaptif dan Luwes
Pilih koordinator yang energik dan humoris, bukan yang hanya pandai mengatur agenda. Buat struktur ringan yang memungkinkan fleksibilitas kegiatan.
Contoh Penerapan: Komunitas “Kepsek Asyik” di Kabupaten Maju Jaya
Di Kabupaten Maju Jaya, sekelompok kepala sekolah membentuk komunitas bernama “Kepsek Asyik”. Tujuan awalnya hanya untuk saling menyemangati saat pandemi. Namun kemudian berkembang menjadi:
- Grup WA aktif 24/7 berisi motivasi, info pelatihan, dan meme pendidikan.
- Program “Senin Seru”, yakni refleksi mingguan melalui Zoom 30 menit saja.
- School visit santai yang disebut “Tilik Sekolah”.
- Festival antar sekolah dengan lomba TikTok Edukasi, Stand Up Edukasi, dan Storytelling Inspiratif Kepala Sekolah.
Hasilnya? Hubungan antar kepala sekolah makin cair, koordinasi kebijakan lebih lancar, dan suasana profesionalisme tumbuh tanpa tekanan.
B. MEMBANGUN JEJARING KEPALA SEKOLAH DENGAN PIHAK EKSTERNAL
Selain menjalin jejaring sesama kepala sekolah, membangun kolaborasi dengan berbagai pihak eksternal menjadi langkah strategis dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang inklusif, adaptif, dan berkualitas. Dunia pendidikan hari ini menuntut keterbukaan terhadap multipihak (multi-stakeholder collaboration), karena kemajuan sekolah tak lagi bisa digerakkan oleh dunia pendidikan itu sendiri secara eksklusif.
Berikut adalah berbagai pihak eksternal yang bisa menjadi mitra jejaring kepala sekolah:
1. Lembaga Pemerintah (Dinas, Bappeda, Kemenag, Kominfo, KPK, dll.)
Kerja sama dengan lembaga pemerintah bisa membantu sekolah:
- Mendapat dukungan kebijakan yang pro-inklusif dan inovatif,
- Memperoleh akses dana bantuan, program strategis nasional, atau pelatihan teknis,
- Melibatkan sekolah dalam perencanaan pembangunan pendidikan daerah.
Contoh Penerapan:
Kepala-kepala sekolah di satu kabupaten menjalin koordinasi aktif dengan Bappeda untuk menyelaraskan program pengembangan sekolah dengan RPJMD daerah, sehingga sekolah tidak jalan sendiri-sendiri dan bisa mendapat support anggaran berbasis data.
2. Lembaga Swasta dan Industri
Dunia kerja dan dunia industri bisa menjadi mitra yang krusial dalam membangun:
- Program magang atau pembelajaran berbasis proyek,
- Peningkatan kompetensi siswa dan guru (misalnya melalui pelatihan teknologi),
- Dukungan CSR untuk infrastruktur atau literasi digital.
Contoh Penerapan:
Jejaring kepala sekolah menggandeng perusahaan lokal (misalnya produsen tekstil atau startup digital) untuk membuat career talk dan student industrial visit sebagai bagian dari penguatan profil lulusan.
3. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Komunitas Pendidikan
LSM banyak bergerak di bidang penguatan kapasitas guru, hak anak, kesetaraan gender, literasi, dan inklusi. Kolaborasi ini bisa:
- Meningkatkan praktik baik pembelajaran yang adil dan ramah anak,
- Membantu pendampingan siswa dengan kebutuhan khusus,
- Menyediakan pelatihan berbasis nilai kemanusiaan dan keberlanjutan.
Contoh Penerapan:
Komunitas kepala sekolah bekerja sama dengan LSM lokal untuk membangun Sekolah Ramah Anak dan melakukan parenting education secara berkala.
4. Media dan Influencer Pendidikan
Media massa dan media sosial dapat menjadi mitra untuk:
- Mempublikasikan praktik baik sekolah,
- Menyuarakan isu-isu pendidikan yang perlu perhatian publik,
- Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pendidikan.
Contoh Penerapan:
Kepala sekolah membuat kanal YouTube bersama yang menyajikan cerita inspiratif, tips manajemen sekolah, dan obrolan santai tentang isu pendidikan. Media lokal juga dilibatkan untuk meliput kegiatan sekolah yang berdampak.
5. Perguruan Tinggi
Kampus dan LPTK bisa menjadi sumber peningkatan kapasitas kepala sekolah dan guru. Melalui kerja sama ini, sekolah dapat:
- Menjadi laboratorium pembelajaran,
- Menjadi lokasi riset dan KKN tematik,
- Mendapat pembimbingan dan supervisi akademik.
Contoh Penerapan:
Jejaring kepala sekolah membuat MoU kolektif dengan salah satu universitas negeri untuk mengadakan coaching clinic bulanan serta program riset kolaboratif guru dan dosen.
Kunci Sukses Kolaborasi dengan Pihak Eksternal
- Komunikasi yang terbuka dan saling menghargai peran
- Nilai bersama: pendidikan berkualitas untuk semua
- Kesediaan untuk berbagi, belajar, dan tumbuh bersama
- Dokumentasi dan publikasi kerja kolaboratif sebagai inspirasi publik
Jejaring yang Progresif, Terbuka, dan Transformatif
Jejaring kepala sekolah yang menyenangkan bukan hal utopis. Dengan pendekatan yang humanis, kreatif, dan adaptif, kolaborasi antar pemimpin pendidikan dapat tumbuh subur. Kepala sekolah tidak lagi merasa sendiri, melainkan menjadi bagian dari komunitas yang saling menguatkan. Karena pada akhirnya, pendidikan yang menyenangkan lahir dari ekosistem yang sehat dimulai dari para pemimpinnya.
Jejaring kepala sekolah tidak hanya horizontal antar individu, tapi juga vertikal dan diagonal ke berbagai sektor. Inilah saatnya para kepala sekolah menjadi kolaborator aktif yang menjembatani dunia pendidikan dengan dunia nyata. Jejaring yang menyenangkan bukan berarti main-main — justru di situlah energi dan inovasi bisa tumbuh secara alami.
Karena pendidikan bermutu bukan hanya hasil dari sistem, tapi dari jejaring manusia yang saling percaya, saling dukung, dan saling bergerak.
Referensi:
- Fullan, M. (2014). The Principal: Three Keys to Maximizing Impact. Jossey-Bass.
- Hargreaves, A., & Fullan, M. (2012). Professional Capital: Transforming Teaching in Every School. Routledge.
- Senge, P. (2006). The Fifth Discipline: The Art & Practice of The Learning Organization. Doubleday.