Oleh: Asep Tapip Yani
(Dosen Pascasarjana UMIBA Jakarta)
Drama Kosmik: Saat Doa Jadi Surat Somasi Ilahi
Mereka menengadah, bukan karena rindu,
Tapi karena ingin menagih.
Mereka berdoa,
Tapi membawa tuntutan, bukan harapan.
Ketika hidup tak sesuai keinginan,
Mereka tak koreksi diri,
Tapi menggugat Tuhan.
Doa yang Menjadi Ultimatum
Manusia modern sering kali bukan berdoa… tapi memesan.
Mereka ingin Tuhan jadi layanan cepat saji, tinggal minta, langsung dikabulkan.
Begitu tak sesuai ekspektasi, langsung kecewa. Langsung sinis. Langsung menjauh.
“Udah tahajud tiap malam, tapi kenapa jodoh gak datang-datang?”
“Udah sedekah besar, kenapa rezeki malah seret?”
Padahal siapa kita ini sampai bisa menagih Tuhan seperti menagih janji dari kurir paket?
“Dan manusia (seringkali) berdoa untuk kejahatan sebagaimana ia berdoa untuk kebaikan.” (QS. Al-Isra: 11)
Tuhan Bukan Pegawai Keinginanmu
Tuhan itu bukan karyawan spiritual yang bisa kita review performanya.
Dia bukan Google yang harus kasih hasil sesuai keyword yang kita ketik.
Tapi manusia zaman ini merasa berhak untuk kecewa…
karena hidupnya gak sesuai roadmap-nya sendiri.
“Mereka tidak lagi percaya, mereka hanya ingin dikabulkan.”
Ekspektasi: Agama Rasa Startup
Kita belajar bersabar, tapi hanya 3 hari.
Kita belajar ikhlas, tapi sambil nunggu hasil.
Kita belajar tawakal, tapi tetap browsing plan B.
Semua nilai spiritual diperlakukan kayak investasi.
Kalau gak ada return cepat, ya ditinggalin.
“Tuhan menjadi aplikasi spiritual yang ditutup saat loading-nya terlalu lama.”
Menggugat Takdir, Melupakan Hikmah
Saat gagal, kita nyalahin Tuhan.
Tapi saat berhasil, kita klaim itu hasil kerja keras sendiri.
Gak pernah adil.
Tuhan diseret saat kita kecewa, tapi dilupakan saat kita bahagia.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sungguh menakjubkan urusan orang beriman. Semua urusannya adalah baik.” (HR. Muslim)
Artinya: bahkan ketika tak sesuai harapan, tetap ada kebaikan, asal hatinya beriman, bukan hanya ingin menang.
Ketika Ego Lebih Besar dari Doa
Manusia hari ini suka bikin “to-do list” untuk Tuhan:
- Lulus cepat
- Dapat kerjaan impian
- Dapat pasangan ideal
- Kaya sebelum 30
- Mati masuk surga
Tapi lupa bahwa Tuhan bukan asisten pribadi.
Dia bukan penggenap ambisi,
tapi pemurni makna hidupmu.
“Hidup bukan soal dikabulkan, tapi soal dimurnikan.”
Menggugat Sang Pencipta Padahal Masih Diberi Napas
Ini puncaknya.
Manusia menggugat Tuhan sambil hidup dari oksigen yang diciptakan-Nya.
Dia marah karena gagal, sambil berdetak jantung yang tak pernah dia bayar.
“Lucu, kan? Manusia merasa berhak kecewa… padahal dia bahkan tak menciptakan dirinya sendiri.”
Mereka kecewa pada takdir,
Padahal takdir tak pernah janji apa-apa.
Mereka menggugat Tuhan,
Tapi tetap hidup dari rezeki-Nya.
Mungkin yang salah bukan skenario,
Tapi cara mereka memahami peran.