(Sumedang)-, Air mata Mary menetes saat mengenang perjalanan panjangnya sebagai ibu dari John (33 thn), seorang penyandang MDVI (Multiple Disabilities with Visual Impairment). Rasa bersalah kerap menghantui, mempertanyakan apakah kebiasaannya saat hamil telah mempengaruhi kondisi anaknya. John lahir prematur dengan gangguan penglihatan total, dan Mary tak pernah berhenti mencari cara untuk “menyembuhkan” putranya—hingga akhirnya ia menyadari bahwa yang terpenting bukanlah menyembuhkan, tetapi membesarkan dan mendukungnya dengan sebaik-baiknya.
Perjalanan Mary sebagai seorang ibu adalah cerminan dari banyak keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Ketakutan dan kecemasan kerap menghantui: bagaimana anak mereka bisa bertahan dalam dunia yang kadang tidak ramah? Siapa yang akan mendukung mereka ketika orang tua sudah tiada? Apakah mereka bisa mandiri? Ini adalah pertanyaan yang terus berputar dalam benak para orang tua.
Namun, harapan itu masih ada. Dalam Pelatihan “Guru Sahabat Keluarga” yang berlangsung di Kabupaten Sumedang, Mary hadir sebagai utusan dari Perkins International untuk berbagi kisahnya dengan para guru Sekolah Luar Biasa (SLB). Pelatihan yang digagas oleh Dede Supriyanto ini merupakan kolaborasi antara Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Jawa Barat dan Perkins International (School for Blind). Tujuannya sederhana, namun sangat penting yaitu membangun hubungan erat antara guru dan keluarga agar anak berkebutuhan khusus mendapatkan pendidikan yang optimal.

Konsep Tripusat Pendidikan yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara menjadi landasan utama dalam pelatihan ini. Pendidikan tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di dalam keluarga dan masyarakat. Kolaborasi antara guru dan keluarga menjadi kunci utama untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif dan suportif.
Dede memahami bahwa tanpa sinergi antara guru dan orang tua, pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus akan sulit mencapai hasil yang maksimal. Melalui pelatihan ini, para guru tidak hanya diajarkan cara mengajar, tetapi juga bagaimana menjalin komunikasi yang efektif dengan keluarga siswa. Dengan berbagi wawasan mengenai tantangan dan potensi anak, guru dan keluarga dapat menciptakan strategi pembelajaran yang lebih personal dan efektif.
Pelatihan ini juga menekankan pentingnya keterlibatan keluarga dalam penyusunan kurikulum serta program sekolah. Ketika keluarga ikut serta dalam pendidikan anak, anak akan merasa lebih didukung dan memiliki kepercayaan diri lebih tinggi dalam menghadapi dunia.
Mary, yang kini menjadi perwakilan Perkins untuk wilayah Asia Pasifik, adalah bukti bahwa keterlibatan keluarga dalam pendidikan anak berkebutuhan khusus bisa membawa perubahan besar. Dengan dukungan yang tepat, anak-anak seperti John tidak hanya bisa bertahan, tetapi juga berkembang dan mencapai potensi terbaik mereka.
Pelatihan “Guru Sahabat Keluarga” bukan sekadar program, tetapi sebuah langkah nyata untuk membangun jembatan antara sekolah dan keluarga. Karena pada akhirnya, pendidikan terbaik adalah pendidikan yang dilakukan bersama—dengan cinta, dukungan, dan harapan yang tidak pernah padam.