“Mikul dhuwur mendem jero” dalam bahasa Jawa berarti “memikul setinggi-tingginya dan memendam sedalam-dalamnya”. Makna pertama dalam konteks budaya Jawa, filosofi ini menekankan pentingnya menjunjung tinggi kehormatan dan jasa orang tua/leluhur, serta menutupi kekurangan dan aib keluarga/suadara.
Sejalan dengan itu, Rasulullah bersabda:
وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا, سَتَرَهُ اَللَّهُ فِي اَلدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
“Barang siapa menutupi aib seorang, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat” (HR Muslim).
Di antara indikator keberhasilan menutupi aib sesama manusia ialah tidak ghibah atau membicarakan seseorang secara negatif, ketika mereka tidak hadir atau menyebut-nyebutkan tentang orang lain yang tidak hadir dengan sesuatu yang tidak disenangi oleh yang bersangkutan. Ghibah bisa meliputi membicarakan kekurangan, kesalahan, atau hal-hal yang tidak baik tentang seseorang. Dalam konteks Islam, ghibah termasuk dalam kategori dosa besar yang perlu dihindari
Berkenaan dengan hal itu, Allah Subhanu Wa Ta’la memberikan peringatan dalam Al-Qur’an: يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan dan aib orang lain dan janganlah kamu menggunjing (ghibah) sebagian yang lain. Apakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati?… Maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh karena itu, jauhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Hujurat: Ayat 12)
Sedangkan makna ke dua, mikul dhuwur, mendem jero ialah memiliki cita-cita yang tinggi dibarengi dengan kerja keras. Cita-cita yang dibarengi dengan do’a dan kerja keras dengan memaksimalkan tenaga, keahlian dan alat yang dimiliki untuk meraih apa yang sedang dituju atau ditargetkannya.
Jika disimpulkan makna pertama dengan ke dua sangat berhubungan erat dengan kinerja berbasis kerjasama atau keharmonisan hidup bermasyarakat dan keluarga.
Karena yang cenderung mengikis hubungan baik antar karyawan atau relasi kerja hingga hubungan bermasyarakat ialah saling membuka aib atau menjelek-jelekan sesama mereka.
Selain itu ketika sebuah kinerja yang buruk berdampak pada menurunya pendapatan atau produktifitas akan mempengaruhi keharmonisan hidup bermasyarakat atau keluarga. Sebab banyak keluarga atau kelompok masyarakat yang keharmonisannya terganggu, dikarenakan kesejahteraan hidupnya tidak tercukupi.
Penulis: Dwi Arifin (Jurnalis Media Cetak dan Online)