(Bandung)-, Kondisi orang yang berpuasa dengan yang tidak berpuasa sangat berbeda jauh. Sebab saat berpuasa orang tersebut dalam siang harinya, setiap hembusan nafasnya dapat bernilai kebaikan atau pahala. Selain itu jika orang berpuasa melaksanakan berbagai kebaikan atau amal sholeh lainnya, maka amalnya akan berlipat pahala atau menumbuhkan keberkahan.
Pengurus Pusat Bidang Keagamaan Jam’iyyah Perempuan Pengasuh Pesantren dan Muballighoh, Dr. Ny. Hj. Umnia Labibah S.Th.i, M.Si. Saat memberikan Mauidhoh Hasanah pada momen penutupan Hari Pers Nasional / Bulan Media Massa 2025 bersama Jurnalisindependenbersatu.com. Bertema: “Meningkatkan Kinerja dan Keharmonisan Keluarga di Bulan Puasa 1446 H” pada Jum’at 28 Febuari 2025.
Dr. Ny. Hj. Umnia Labibah S.Th.i, M.Si menjelaskan sebelum Ramadan datang, khususnya santri atau pengasuh pondok pesantren sering menyambutnya dengan berziarah ke makam pendiri pesantren, para guru atau kerabat pada bulan Syaban / bulan Ruwah atau bulan “arwah”. Melalui amalan mendo’akan orang tua yang sudah meninggal sebagai Birrul Walidain / berbakti kepada orang tua. Selain itu sebagai upaya pembersihan diri menyambut bulan yang penuh keberkahan dengan saling memaafkan khususnya terhadap orang-orang terdekat.
“Selanjutnya, jika sudah datang bulan Ramadan, lalu mengetahui berbagai kebaikan yang ada padanya. Maka sebagai seorang muslim ingin setiap bulan itu seperti Ramadan. Sehingga bagi umat islam yang tahun ini diberi kesempatan waktu bernilai emas dengan menjumpai atau sampai kepada bulan Ramadan. Sudah semestinya memaksimalkan amal ibadah yang telah direncanakan atau ditargetkan”jelasnya pengasuh pondok pesantren Miftahul Huda Rawalo Banyumas, setelah melaksanakan ziarah ke makam orang tuanya dan guru-guru sahabat orang tuanya terdahulu.

Menurutnya dengan adanya perubahan kondisi, kerena harus makan sahur. Sebuah amalan yang mengandung keberkahan di bulan Ramadan, hal itu justru akan menambah kesehatan tubuh. Sebab menurut ilmu kesehatan jam istirahat manusia idealnya jam 9 malam sampai jam 2 dini hari.
Dr. Ny. Hj. Umnia Labibah S.Th.i, M.Si mengatakan bahwa Ramadan yang disambut dengan amal terbaik akan berbuah ketakwaan, sesuai dengan tujuan dari shaum yang dijelaskan dalam Al Qur’an surat Al-Baqarah ayat 183:
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”
Indikator capain ketakwaan dapat berupa bertambahnya rasa syukur, meningkatnya kesabaran, tidak mudah menyalahkan orang lain atau mudah menemukan hikmah dari apa yang dialami. Selain itu juga dapat terlihat dari meningkatnya infak atau sodakoh, tepat waktunya sholat wajib atau bertambahnya jumlah sholat sunah yang dilaksanakan.
Pada dasarnya indikator atau capain-capain untuk mengukurnya. Apakah Ramadan tahun ini atau hari-hari di bulan Ramadan yang akan dilalui setiap harinya lebih baik dari sebelumnya?… Dapat kita ketahui secara langsung, sebab manusia diberi akal untuk memahami itu.
Sedangkan perihal keharmonisan keluarga pada bulan Ramadan, Dr. Ny. Hj. Umnia Labibah S.Th.i, M.Si menyarankan agar setiap pasangan dalam menjalankan kehidupan berumah tangganya harus mengutamakan saling membantu, serta musyawarah terhadap berbagai keputusan yang dijalani dengan berlandasan maqashid syariah. Tujuan-tujuan dari syariat Islam yang meliputi lima pokok, yaitu: Menjaga agama (hifdz ad-din), Menjaga jiwa (hifdz an-nafs), Menjaga akal (hifdz al-aql), Menjaga keturunan (hifdz an-nasl), Menjaga harta (hifdz al-mal).
“Misalnya dalam hal menu makanan rutin, lalu konsep menjalankan ibadah di bulan Ramadan hingga berbagai kondisi lain yang berhubungan langsung dengan keluarga. Contoh hal kecil, jika di kemudian hari suami harus berbuka puasa di kantor, maka sang istri wajib menyiapkan takjil atau bekal makanannya. Sebelum waktu berbuka menyempatkan video call untuk sedikit saling menayakan kabar” ucapnya Anggota Divisi Perempuan, Remaja dan Keluarga Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Banyumas.
Dalam hambatan membangun keharmonisan keluarga. Kadang ada kondisi karena banyak masalah dan beban kerja di kantor sampai terbawa ke rumah atau sebab ada masalah keluarga yang terbawa ke tempat kerja. Ke dua hal tersebut memang dinilai dapat menurunkan kinerja atau bahkan mengikis keharmonisan keluarga.
“Namun pada dasarnya melalui shaum sebenarnya akan lebih kondusif, karena terkadang sumber berbagai masalah yang memuncak disebabkan oleh ketidak mampuan mengendalikan diri. Seperti masalah besar negara ini yang belum terselesaikan ialah korupsi dan rakus terhadap kekuasaan atau jabatan” ungakapnya mengutip isi kitab Kifayat al-Atqiya yang merupakan sebuah kitab panduan untuk beribadah, karya dari Ulama Sufi Abu Bakar Bin Al-Markhum Muhammad Syato’ yang membahas secara khusus tentang bahaya mengikuti hawa nafsu atau amarah.

Saat ditanya wartawan perihal fenomena masih banyak orang yang berpuasa, namun tidak sholat?… Dr. Ny. Hj. Umnia Labibah S.Th.i, M.Si menjawab saya sangat prihatin, karena sebagai hamba Alloh itu sudah semestinya melaksanakan khususnya yang wajib. Jika shaum atau tirakat dilaksakan, karena secara langsung mendapatkan kenikmatan dari amalan itu. Namun sholat tidak dilaksanakan, padahal sama-sama wajib, hal itu merupakan sikap takabur.
Perlu diyakini bahwa sholat amalan yang akan dihisab pertama dan bagian dari kunci semua amal sholeh. Intinya ibadah itu harus mengikuti aturan yang ditetapkan oleh syariat. Ibarat koruptor bersedekah itu tidak akan diterima, karena Alloh hanya meridhoi sedekah yang bersumber dari harta yang prosesnya halal atau baik. Pada Qur’an surat Ali ‘Imran Ayat 83 dijelaskan:
أَفَغَيْرَ دِينِ ٱللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُۥٓ أَسْلَمَ مَن فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ
“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah. Padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi. Baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan”
Ayat tersebut membahas konsep pengabdian sebagai hamba Alloh itu harus tunduk melaksanakan perintahnya, baik dalam keadaan suka maupun terpaksa.
Pada akhir Mauidhoh Hasanah, Dr. Ny. Hj. Umnia Labibah S.Th.i, M.Si menyimpulkan bahwa kondisi orang berpuasa yang cenderung membuat tubuh dipenuhi lapar atau melemah. Tidak harus menjadi penghalang untuk tetap semakin produktif. Seharusnya harus lebih semangat untuk mengisi hari dengan sebaik-baiknya. Karena dengan berpuasa itu semua amal kebaikan dilipatgandakan nilai pahalanya atau pengaruh kebaikannya.
“Hal penting lainnya yang harus diprioritaskan ialah mencari atau belajar ilmu agama. Sebab manusia akan tumbuh berkembang ke arah yang terbaik dengan ilmu atau lebih produktif dengan amal yang berkualitas, karena didukung oleh ilmu tentang itu” ungkapnya muslimah yang aktif sebagai pengurus Fatayat Nahdlatul Ulama Banyumas dan rutin mengamalkan seribu Kulhu setiap jum’at.
Menurutnya aktivitas di Ramadan harus lebih produktif, karena justru hanya pada Ramadan banyak kebaikan atau keberkahan yang tidak ada di bulan lain. Selain itu dalam kondisi berpuasa, setiap amal kebaikan akan berlipat pahala atau keberkahannya.

Pada penutupan bulan media massa 2025 yang berdekatan dengan Ramadan. Kepala Pusat Pengembangan Relasi Media Massa Organisasi Profesi Jurnalis Independen Bersatu, Dwi Arifin mengungkapkan sebelum datangnya bulan Ramadan, sejak Rajab dan Syaban umat islam di Indonesia sudah berdo’a agar disampaikan kepada bulan Ramadan. Ketika sudah sampai, maka apa yang telah diniatkan pada bulan Ramadan sudah semestinya dilaksanakan atau bahkan dievaluasi setiap hari.
Dwi Arifin mengatakan pada bulan Ramadan tahun ini, Jurnalisindependenbersatu.com akan secara masif mempublikasakn berbagai isi kitab / buku yang populer untuk menjadi referensi utama dalam beramal atau menambah ilmu yang dibutuhkan untuk masyarakat/publik baca media massa.
Program publikasi religinya diberi nama “Membaca Kitab / Buku Untuk Publik Baca”. Merangkum isi kitab atau buku, lalu dipublikasikan di media massa. Dengan melibatkan Duta Baca, Penulis dan Jurnalis. Program tersebut akan ditayangkan secara khusus pada hari jum’at, pada waktu ba’da subuh, ba’da jum’at dan ba’da magrib. Selain itu juga mengundang atau mempublikasikan Syiar Islam para Ulama, Kyai, Da’i, Ustadz atau guru agama pada bulan Ramadan.