Penulis: Dwi Arifin (Jurnalis Media Cetak dan Online)
Melalui proses puasa ulat akan menjadi kupu-kupu adalah bagian dari metamorfosis sempurna. Perubahan bentuk yang menyeluruh. Proses itu dimulai saat ulat menjadi kepompong dan berpuasa di dalam prosesnya.
Puasa ulat menjadi kupu-kupu dapat diibaratkan dengan perubahan diri manusia yang lebih baik, setelah berpuasa di bulan Ramadan. Perubahan ini dapat berupa peningkatan kualitas ibadah, akhlak, dan manfaat bagi masyarakat.
Lalu bagaimana agar proses “Tarbiyah Ramadan Membentuk Pribadi Baru”?…
Pribadi yang baru berawal dari membangun kebiasaan yang baru. Pada bulan yang istimewa atau penuh keberkahan dapat menjadi akselerator untuk membentuk pribadi yang baru.
Misalnya diawali dengan merubah kebiasaan di awal pagi hari yang biasanya dihabiskan untuk tidur kembali setelah sholat subuh atau makan sahur. Dirubah dengan membaca qur’an atau aktifitas lainnya yang lebih produktif.
Di saat siang hari, karena kondisi yang agak lemah cenderung membuat bermalas-malasan dirubah dengan meningkatkan kinerja untuk mencapai karir atau melebihi target yang seharusnya tercapai. Di sore hari yang kadang penuh waktu luang menjelang berbuka. Maka waktu tersebut diisi dengan kegiatan yang berdampak kepada perubahan diri hingga keharmonisan keluarga ke arah yang lebih baik atau mengevaluasi tentang indikator capaian agar hari ini lebih baik dari sebelumnya dan hari esok lebih baik dari pada hari ini.
Selain itu, pada momen Ramadan sebagai muslim sudah semesetinya berupaya untuk melaksanakan kewajibkan untuk melakukan shalat arbain, yaitu melaksanakan shalat wajib lima waktu secara berjamaah selama 40 hari. Mengapa demikian? Karena shalat arbain bisa menjadikan terapi agar seseorang terhidar dari sifat munafik, yaitu berbicara bohong, mengingkari janji dan berkhianat atas amanat. Rasul SAW bersabda :
مَنْ صَلَّى لِلَّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا فِي جَمَاعَةٍ يُدْرِكُ التَّكْبِيرَةَ الأُولَى كُتِبَ لَهُ بَرَاءَتَانِ: بَرَاءَةٌ مِنَ النَّارِ، وَبَرَاءَةٌ مِنَ النِّفَاقِ.
“Barang siapa yang shalat karena Allah selama empat puluh hari secara berjamaah tanpa ketinggalan takbir yang pertama, maka dicatatkan baginya dua kebebasan; kebebasan dari neraka dan kebebasan dari kemunafikan. [HR Turmudzi]
Sehingga melalui berbagai upaya itu setelah ramadan akan berhasil menjadi pribadi yang baru atau bertakwa.