H. Totong Solehudin, S.Sos, M.Si (Sekretaris DPRD Kota Cimahi)
Di dalam Al Qur’an QS An-Nisa ayat 59 dijelaskan “Ati’ullaha wa ati’ur rasula wa ulil amri minkum” yang artinya, “Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu”
Baik dalam rangka personal, kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia / NKRI harga mati harus diwujudkan dengan ketaatan atau tegak lurus. Dengan dasar aturan agama dan negara.
Dalam bernegara dijalankan dengan taat kepada presiden, gubernur, bupati atau wali kota. Sesuai dengan semangat visi misi baru pak Presiden Prabowo berdasarkan kolaborasi pentahelix. Maka konsep pentahelix atau multipihak terdiri dari unsur Pemerintahan, akademisi, badan atau pelaku usaha, masyarakat atau komunitas, dan media massa bersatu padu berkoordinasi serta berkomitmen untuk apa yang dituju kedepan yaitu Indonesia Emas 2045.
Sesuai dengan pedoman aturan undang-undang, Pemerintahan dengan berbagai kebijakannya, akademisi dengan keilmuannya, pembisnis dengan modal atau kekuatan finansianya, ormas berbasis partai politik atau kemasyarakatan sesuai dengan fungsinya dan media massa mengedukasi publik hingga fungsi sosial kontrolnya untuk akselerasi pembangunannya.
Semua komponen masyarakat bekontribusi maksimal sesuai tugas pokok dan fungsinya masing-masing untuk menggerakan masyarakat kepada apa yang dituju. Berdasarkan atau diatur oleh undang-undang yang berlaku.
Membangun indonesia sudah semestinya bukan masing-masing tetapi berjamaah atau kolaborasi. Seperti filosofi dalam sholat. Jika 1+1 orang, maka jadi 27 kebaikan. Konsep hidup berjama’ah akan membuat yang kurang atau berlebihan dirubah agar bagimanan supaya ideal.
Ragam kelompok manusia dari yang berkualitas perak, emas, perunggu semuanya indahnya. Jika bersatu atau bersama menuju menjadi manusia kualitasnya emas. Maka sadarilah sekarang kita kelasnya apa?… lalu berperanlah seiring sejalan untuk mewujudkan Indonesia emas 2045. Dengan pengawasannya aturan yang ada atau undang-undang dan malaikat-malaikat Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Dengan dasar pikiran NKRI harga mati, tegak lurus ketaatan kepada pimpinan, Alloh, rosulnya, dan pemimpian negara.
Man ‘Arafa Nafsahu, Faqad Arafa Rabbahu. “Siapa yang mengenal dirinya, akan mengenal Rabb-nya”. Maka kita harus tahu diri, siapa kita bagaimana menempatkan diri. Seperti yang ada di pemerintahan konsepnya taat kepada birokrasi atau tegak lurus kepada aturan bersikap netral atau adil kepada semua pihak. Mereka yang mengetahui dirinya siapa, maka tahu posisioning hingga ketemu siapa tuhannya atau siapa yang harus dipatuhinya.
Siapapun kita, jadi apapun kita. Dihadapan Alloh itu adalah sama, yang dituntut oleh Alloh yang harus diperjuangkan ada 3 hal. Menjadi baik, terhomat dan mulia. Semua orang berkeinginan untuk menjadi orang yang baik. Kita semua secara personal disebut seorang yang terhormat, dan kita juga berkeinginan menjadi orang yang mulia. Maka kemulian, kehormatan dan kebaikan, bukan dilihat karena jabatan, rupawan, atau kekayaannya. Tetapi sebagai mahluk mulia yang dulunya penghuni Surga. Semua itu diukur dengan Inna Akromakum Indallahi Atqokum, orang yang paling mulia di mata Tuhan adalah yang paling bertakwa. Takwa dengan menjalankan perintah dan tidak melanggar larangan, baik aturan agama dan negara.
Pada dasarnya dengan itu semua orang akan terhormat dihadapan Alloh. Jika dalam praktek menjalankan ketakwaan dibarengi dengan ungkapan Hasbunallah wani mal wakil ni mal maula wani’man nasir yang artinya “Cukuplah Allah menjadi penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baiknya pelindung”. Karena jika bergantung kepada manusia, mereka akan ada wafatnya.
Selain itu buah dari ketakwaan ialah “Khoirunnas anfauhum linnas” yang artinya “sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain”. Maka bercerminlah, sudahkah kita bermanfaat atau sejauh mana kemanfaatan kehadiran kita di lingkungan sekitar selama ini?…
Perlu diingat juga semua niatnya dilakukan bukan untuk siapa-siapa. Tetapi karena Alloh atau mencari sebesar-besarnya ridho Alloh. Dengan membuat kemaslahatan, kemanfaatan dan kebaikan agar kita kembali mendapatkan kehormatan dan kemuliaan sebagai mahluk ciptaan-Nya.
(Sumber: Tabloid TEROPONG INDONESIA, Edisi Febuari 2025)