Oleh: Asep Tapip Yani
(Dosen Pascasarjana UMIBA Jakarta)
Dalam sebuah demokrasi yang sehat, prinsip dasar yang harus ditegakkan adalah bahwa pemerintah dan para elit pejabat adalah pelayan bagi rakyat, bukan sebaliknya. Namun, realitas politik sering kali menunjukkan bahwa yang terjadi justru kebalikan dari prinsip tersebut. Banyak elit pejabat yang lebih memprioritaskan kepentingan pribadi, kelompok, atau golongan tertentu, sehingga mengabaikan aspirasi dan kebutuhan rakyat yang seharusnya mereka layani. Rakyat disibukan dengan menafsirkan kehendak elit, padahal semestinya elit yang sibuk menafsirkan kehendak rakyat. Fenomena ini bukan hanya menciptakan ketidakpuasan di masyarakat, tetapi juga berisiko merusak legitimasi dan stabilitas demokrasi itu sendiri.
Demokrasi: Dari Rakyat, Oleh Rakyat, dan Untuk Rakyat
Demokrasi, dalam definisinya yang paling mendasar, adalah pemerintahan yang berasal dari rakyat, dijalankan oleh rakyat, dan diperuntukkan bagi rakyat. Sistem ini memungkinkan masyarakat untuk memiliki kendali atas jalannya pemerintahan melalui mekanisme pemilihan umum yang adil dan transparan. Dalam sistem yang ideal, para pejabat yang terpilih adalah representasi dari kehendak rakyat dan bertanggung jawab penuh untuk memenuhi janji-janji yang mereka buat saat kampanye.
Namun, kenyataan di banyak negara, termasuk Indonesia, sering menunjukkan bahwa setelah mendapatkan kursi kekuasaan, banyak elit politik lebih sibuk mengamankan posisi dan kepentingan mereka sendiri. Alih-alih menjadi perwakilan rakyat yang sesungguhnya, mereka justru menjauh dari kepentingan publik dan lebih mendekat kepada kepentingan oligarki, korporasi, atau kelompok kepentingan tertentu.
Ketika Elit Pejabat Mengkhianati Amanah Rakyat
Terdapat berbagai indikasi bahwa banyak elit pejabat telah melupakan tanggung jawab mereka sebagai pelayan rakyat. Beberapa indikasi tersebut antara lain:
- Kebijakan yang Tidak Pro-Rakyat
Banyak kebijakan yang lebih menguntungkan segelintir orang daripada masyarakat luas. Contohnya adalah regulasi yang mempermudah bisnis besar tetapi menyulitkan usaha kecil dan menengah, atau kebijakan yang memprioritaskan pembangunan infrastruktur besar tanpa mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan bagi masyarakat kecil. - Korupsi dan Nepotisme
Salah satu penyakit kronis dalam birokrasi adalah korupsi dan nepotisme. Banyak pejabat yang menyalahgunakan wewenang untuk memperkaya diri sendiri atau keluarga dan kelompok mereka. Akibatnya, anggaran yang seharusnya digunakan untuk kesejahteraan rakyat malah bocor ke tangan segelintir orang. - Minimnya Transparansi dan Akuntabilitas
Pemerintahan yang ideal adalah yang terbuka terhadap kritik dan masukan dari masyarakat. Namun, banyak pejabat justru menutup akses informasi dan menghindari akuntabilitas. Hal ini membuat rakyat semakin kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah. - Kesenjangan Sosial yang Semakin Lebar
Ketimpangan ekonomi yang semakin tajam adalah bukti bahwa banyak kebijakan tidak berpihak pada masyarakat luas. Elit politik dan pejabat sering kali hidup dalam kemewahan, sementara sebagian besar rakyat masih berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.
Mengembalikan Pemerintahan kepada Rakyat
Agar demokrasi tetap sehat dan berfungsi sebagaimana mestinya, perlu ada langkah-langkah konkret untuk memastikan bahwa pemerintah benar-benar melayani rakyat. Beberapa solusi yang dapat diterapkan adalah:
- Memperkuat Partisipasi Publik dalam Pengambilan Keputusan
Masyarakat harus memiliki akses yang lebih luas untuk berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan. Ini bisa dilakukan melalui forum diskusi, referendum, atau mekanisme musyawarah yang melibatkan berbagai elemen masyarakat. - Menegakkan Hukum Tanpa Pandang Bulu
Penegakan hukum harus dilakukan dengan tegas terhadap semua bentuk korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, tanpa melihat siapa pelakunya. Dengan demikian, pejabat akan berpikir dua kali sebelum menyalahgunakan jabatannya. - Mendorong Transparansi dan Akuntabilitas
Pemerintah harus membuka akses informasi kepada publik agar masyarakat dapat mengetahui bagaimana kebijakan dibuat dan bagaimana anggaran negara digunakan. Hal ini dapat diwujudkan dengan membangun sistem e-government yang lebih transparan. - Meningkatkan Kesadaran Politik di Kalangan Rakyat
Rakyat harus lebih sadar akan hak dan kewajibannya dalam sistem demokrasi. Pendidikan politik perlu ditingkatkan agar masyarakat tidak mudah terjebak dalam politik uang atau janji-janji palsu saat pemilu.
Kesimpulan: Saatnya Rakyat Bicara!
Jika demokrasi ingin tetap berfungsi sebagaimana mestinya, rakyat tidak boleh diam. Rakyat harus terus menuntut agar pejabat yang dipilih benar-benar menjalankan amanahnya. Pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yang mendengarkan, memahami, dan melayani rakyat dengan sepenuh hati. Oleh karena itu, sudah saatnya rakyat bersatu dan menegaskan bahwa dalam demokrasi, kehendak rakyat adalah yang utama, bukan kepentingan elit pejabat!
Sebagai warga negara yang peduli, kita harus aktif dalam mengawasi jalannya pemerintahan. Demokrasi bukan hanya soal memilih pemimpin, tetapi juga memastikan bahwa mereka menjalankan tugas dengan baik. Jika pemerintah tidak lagi berpihak pada rakyat, maka sudah saatnya rakyat menyuarakan perubahan!
Dengan semangat demokrasi yang sejati, mari kita tegaskan kembali: elit pejabat seharusnya menafsirkan kehendak rakyat, bukan sebaliknya!