(Cilacap)-, Pada Qur’an surat An-Nahl Ayat 18
وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعْمَةَ ٱللَّهِ لَا تُحْصُوهَآ ۗ
Wa ing ta’uddụ ni’matallāhi lā tuḥṣụhā,
Artinya: Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya.
Nyai Hj. Ma’rifah Nasrulloh M.Pd dari Pesantren Al-Ihya Ulumaddin Kesugihan menjelaskan sebagai hamba Alloh sudah semestinya mengakui semua apa yang didapat atau diterima, tidak mutlak dari usaha manusia. Tetapi berasal dari pemberian Alloh Subhanahu Wa Ta’ala atau ada campur tangan Tuhan.
“Apapun nikmatnya atau dari berbagai nikmat yang ada. Setelah manusia lahir ke dunia, lalu ditakdirkan merasakan nikmat dari keimanan, maka itu merupakan nikmat terbesar. Setelah merasakan nikmat itu mengucapkan Alhamdulillah wujud dari sikap menghargai atau mensyukuri atas nikmat yang telah diberikan kepadanya”jelasnya saat interaktif jarak jauh atau online melalui sambungan telephone pribadinya untuk mengisi halaman unggulan koran SINAR PAGI, “30 Menit Bersama Jurnalis”. Dengan darasumber dari Pesantren bertema “Strategi Bersyukur Hingga Husnul Khatimah” pada jum’at 14 febuari 2025.
Seperti halnya di masa kecil, ketika menerima pemberian atau hadiah dari orang terdekat, kita diajarkan mengucapkan terimakasih. Lalu ketika masa dewasa dan memiliki ilmu agama, rasa syukurnya juga disampaikan langsung kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala pemberi berbagai nikmatnya. Rasa syukur sebenarnya dapat mudah tumbuh, kerena kita diajari langsung oleh para guru atau kyai di sekitar kita sejak remaja.
Sedangkan di masa lanjut usia, di saat kenikmatan yang ada dalam diri mulai berkurang, karena kondisi badan yang dipengaruhi faktor usia, namun dengan masih diberi umur hal itu harus disyukuri, sebab masih diberi kesempatan beribadah kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala.
Saat ditanya perihal pemaknaan hadist Shahih Muslim, Dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sungguh menakjubkan keadaan orang beriman (mukmin), segala urusan baginya selalu baik. Dan hal itu tidak akan terjadi kecuali pada orang yang beriman. Jika dia mendapat kesenangan dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Dan apabila tertimpa kesulitan dia bersabar, maka yang demikian itu pula merupakan kebaikan baginya.”
Nyai Hj. Ma’rifah Nasrulloh M.Pd Muballighoh yang aktif di Muslimat Nahdlatul Ulama mengatakan dalam kehidupan sosial manusia sering dihadapkan kondisi kekurangan atau kelebihan antara satu sama lainnya. Maka dengan bersyukur serta bersabar kondisi itu dapat berjalan seimbang atau saling melengkapi.
“Bagi yang kelebihan harta sudah seharusnya memiliki kesadaran atau melaksanakan kewajiban untuk berbagi dengan yang lainnya. Sedangkan yang belum atau tidak diberi anugrah kelebihan harta sudah semestinya bersabar. Jadi memang antara syukur dan sabar ada batasannya, mana yang tepat untuk bersikap menghadapi berbagai kondisi”ucapnya
Nyai Hj. Ma’rifah Nasrulloh M.Pd menceritakan bersyukur dalam keseharian dapat dicontohkan seperti ketika bangun tidur mengucapkan do’a, “Alhamdulillahil ladzi ahyana ba’da ma amatana wa ilaihin nusyur”. “Segala puji bagi Allah yang menghidupkan kami kembali setelah mematikan kami, dan kepada Allah kami dibangkitkan”.
Hal itu merupakan praktek keseharian atau syukur melalui lisan. Lalu syukur dengan anggota badan melakukan apa yang baik-baik. Misalnya menggunakan lisan untuk baca al qur’an, lalu mendengar dan melihat hal yang berdampak baik untuk diri.
Menurutnya ciri orang yang berhasil terus bersyukur dalam kesehariannya ialah tidak mengeluh tentang keadaan atau hatinya selalu tentram & penuh gembira dalam menjalani kehidupannya.
Misalnya saat diuji hal yang tidak disukai atau kesulitan, tetap merasa gembira atau mengucapkan Alhamdulillah. Karena hanya diberi ujian seperti ini, tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan ujian yang menimpa orang lain.
“Pada dasarnya rasa syukur akan membuat tidak merasa kesulitan, sebab rasa syukur akan mendatangkan keberkahan atau bahkan Husnul Khatimah. Suatu tujuan dari ibadah yaitu bahagia di Dunia dan Akhirat” ungkapnya Ketua Jam’iyyah Perempuan Pengasuh Pesantren dan Muballighoh Kabupaten Cilacap.