Penulis: Briliani Da’iyah (Ambasador Media Massa Koran SINAR PAGI di Banyumas)
Jika kita berusaha menjadi orang baik, berusaha menjadi hamba yang taat, berharap pun dipertemukan dengan orang baik dan shaleh/shalehah pula. Namun ada kalanya orang shaleh/shalehah justru Allah berikan ujian dipertemukan dengan orang-orang tidak sesuai ekspektasi. Love language Allah itu beragam, ujian Allah kepada hambanya berbeda-beda satu sama lain.
Ada yang Allah uji dengan ekonomi, ditinggal orang tersayang, ditimpa musibah, gagal-gagal terus dalam suatu hal, ditimpa penyakit, keluarga yang tidak harmonis, masalah percintaan dsb.
Terkhusus yang diuji pernikahannya. Pasangan yang memperlakukan dengan kurang baik. Maka semakin sulit kehidupannya juga menguras banyak energi setiap harinya. Bersabar dan terus bersabar. Sampai lelah tiada daya. Bahkan dapat membuat kufur nikmat.
Karena seseorang yang toxic maka bentuk cinta yang ia berikan adalah cinta yang toxic. Ia tidak tahu dan tidak paham apa itu cinta yang sehat. Maka ia akan memberikan luka demi luka kepada pasangannya yang ia kira itu adalah sebuah bentuk cinta.
Banyak faktor terbentuknya manusia toxic karena pola asuh&lingkungan kehidupan pergaulannya. Bisa karena sejak kecil kurang kasih sayang karena orang tua terlalu sibuk mencari ekonomi, dibanding-bandingkan anak yang satu dengan anak lainnya, terlalu dibiarkan sehingga terbawa arus pergaulan bebas, terlalu dimanja oleh orang tua, terlalu banyak tuntutan oleh orang tuanya agar selalu menjadi number one sehingga selalu merasa tertekan, mengalami kekerasan, pengabaian maupun trauma di masa kecilnya dll. Yang pada akhirnya setelah menikah akan sangat melukai pasangannya. Tapi dengan orang lain ataupun di masyarakat seringkali justru dikenal baik. Karena ia hanya menunjukan sikap aslinya terhadap pasangannya saja, keluarganya sendiri pun kadang tidak tahu sifat aslinya. Butuh kesabaran ekstra untuk menghadapinya jika memilih hidup bersamanya. Butuh proses luar biasa untuk membuat pasangan toxic menyadari bahwa ia telah sangat melukai pasangannya dan menyadari bahwa dirinya itu toxic. Butuh kemaun besar dari dalam diri seorang toxic untuk berubah menjadi orang yang lebih baik. Kemudian setelah proses yang panjang untuk menyadarkan pun butuh proses yang sangat lama pula untuk mengurangi sedikit demi sedikit sifat-sifat toxic dalam diri seseorang dan itu sangat menyakitkan dan sangat ekstrim pula bagi orang pengidap toxic. Karena sifat, perkataan, tingkah laku, kebiasaan sehari-hari sedikit demi sedikit akan berubah menjadi lebih baik.
Tentunya tidak semua orang toxic mau berubah bahkan menyadari saja tidak bisa/tidak bisa mengakui, dan tidak semua orang toxic kuat/konsisten dengan perubahannya. Perubahan manusia satu dua bulan bahkan setahun dua tahun pun belum bisa dikatakan berubah, karena bisa saja orang tersebut akan kembali ke setelan awal. Butuh ekstra sabar jika ingin mendampingi orang tersebut dan itupun proses yang sangat lama dan hasilnya tidak sepenuhnya.
Kemudian jika hanya toxic saja itu masih bisa diobati sedikit demi sedikit. Tapi kalau sudah masuk ke gangguan mental ataupun gangguan kepribadian apa boleh buat. Seumur hidup akan tetap seperti itu. Hanya sedikit menata perkataan, kebiasaan, dan tingkah laku menjadi lebih baik saja tapi tidak menghilangkan sifat aslinya.
Hidup adalah pilihan. Jika mampu bertahan asal tetap bisa menjaga diri dan menjaga anak. Ada jaminan keamanan pula dalam hidunya. Tentunya seseorang yang memiliki pasangan toxic harus memiliki triknya masing-masing untuk bisa menghadapi pasangannya agar tetap hidup bersama dan tetap bisa bahagia.
Asal jangan sampai karena hidup bersama orang toxic kita ikut terbawa arus dan ketularan menjadi manusia toxic pula. Atau dapat merusak diri kita. Bahkan bisa terkena gangguan mental karenanya.
Manusia hanya bisa berusaha dan berdo’a. Namun Allah yang menentukan. Tidak semua yang kita inginkan baik untuk diri kita. Berharap kepada manusia bisa membuat kecewa. Hanya kepada Tuhanlah sebaik-baiknya sandaran dan ketenangan. Jika sudah selalu berdo’a agar ia diberi hidayah, tapi hanya Allah yang memberi hidayah lewat jalan apapun. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Justru jangan lupa pula meminta dibukakan pintu hidayah untuk diri kita pula. Siapa tahu kita yang salah jalan dan terlalu ngeyel padahal sudah dibukakan kebenaran-kebenaran pahit tapi masih belum sadar juga.
Segala perbuatan kita niatkan untuk mengharap ridho Allah, begitupun saat bertahan dengan pasangan toxic. Tapi hidup adalah pilihan. Jika bertahan dengan pasangan toxic adalah salah satu jalan menuju surga ataupun penghapusan dosa-dosa, tapi masih banyak jalan lainnya untuk mengharap ridho-Nya pula.