(Semarang)-, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi melalui Kebijakan Merdeka Belajar melakukan transformasi pembelajaran akibat krisis pembelajaran dan pandemi Covid 19. Kebijakan Merdeka Belajar yang strategis tersebut diluncurkan dengan tujuan mendorong sekolah melakukan transformasi pembelajaran yang berpihak pada tumbuh kembang anak, membangun budaya refleksi berbasis data dari rapor pendidikan, terciptanya lingkungan belajar yang aman, nyaman, menyenangkan, yang berdampak pada pencapaian kompetensi lulusan, baik kompetensi literasi, numerasi maupun karakter, sehingga terwujud profil pelajar Pancasila. Demikian sambutan Kepala Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan Pendidikan (BBPMP) Jawa Tengah, Dr. Nugraheni Triastuti, SE, M.Si saat membuka kegiatan Coaching Clinic Sekolah Inti Transformatif angkatan XI dengan didampingi Katimja I Dr. Alif Noor Hidayati, M. Pd, dan ketua penyelenggara Ninik Cahyaningsih, S. Pd. yang dilaksanakan di Aula Utama BBPMP Jateng, Jl. Kyai Mojo, Srondol Kulon, Kec. Banyumanik, Kota Semarang,.
Lebih lanjut Nugraheni menginformasikan bahwa, penyelenggaraan kegiatan Coaching Clinic angkatan XI ini merupakan angkatan terakhir dari rangkaian angkatan sebelumnya, dengan 10 materi penting yang diterima seluruh peserta, sehingga cukup banyak materinya dan cukup padat waktunya. Namun demikian Heni berharap agar semua peserta menerimanya dengan senang hati dengan penuh kegembiraan tanpa ada tekanan, karena nanti akan mengimplementasikan ke sekolah-sekolah imbas. Kalau materi ini diterima dengan penuh tekanan khawatirnya nanti di sekolah lebih tertekan lagi ketika menyampaikannya. Sebaliknya ketika menerima materi dengan senang hati nantinya dalam mengimbaskan ke kelas, ke sekolah-sekolah lain, akan menjadi lebih nyaman dan menyenangkan, terangnya.
Selanjutnya Heni bercerita tentang kompetensi guru yang pada dasarnya bisa dijadikan 4 level, dari keempat level tersebut yang pertama Medium Teacher, medium teacher ini terang Heni, adalah seorang guru yang memindahkan informasi yang ada di buku ke dalam pembelajaran di kelas, dalam kondisi masih bisa menyampaikannya kepada peserta didik dengan baik, transfer knowledge dari buku ke ruang kelas dan diterima oleh peserta didik.
Kedua Good Teacher di masa ini sebagai guru rentan untuk bisa digantikan oleh teknologi, karena teknologi sekarang mampu memindahkan informasi kepada peserta didik sama seperti guru memindahkan informasi kepada peserta didik yang ada di ruang kelas, oleh karena itu guru harus menaikkan levelnya supaya tidak tergantikan oleh teknologi, jadi guru tidak hanya sekedar memindahkan informasi dari buku ke kelas tapi mampu menjelaskan secara lebih detail kepada peserta didik, menyampaikan dan menanggapi respon dari peserta didik, sehingga terjadi hubungan timbal balik, dan menjadikan peran guru tidak terlupakan oleh peserta didik. Apa yang disampaikan ke peserta didik akan membekas dan diingat sepanjang masa, sehingga peran guru yang level dua ini tidak mungkin digantikan oleh teknologi karena teknologi sifatnya statis sekedar memberikan informasi, tidak bisa menyentuh perasaan dan memberikan perhatian kepada peserta didik.
Ketiga Excellent Teacher ini tidak hanya sekedar mentransfer ilmu tidak sekedar melakukan komunikasi timbal balik dengan peserta didik tapi mampu membuat perumpamaan, mampu mendemonstrasikan misalnya, guru mengajarkan konsep bilangan 1 tambah 1 sama dengan 2, mendemonstrasikan satu bolpoin ditambah dengan 1 buku apakah juga sama dengan 2, tentu akan berbeda artinya. Kemudian mengaitkan dan menghubungkan dengan kebutuhan yang ada di lingkungan sekitarnya.
Ke empat Great teacher adalah guru yang digugu lan ditiru, tidak hanya sekedar mendemonstrasikan pembelajaran yang ada di kelas tetapi bisa menjadi role model bagi peserta didik, baik itu di dalam kelas maupun di luar kelas, baik itu di dalam sekolah maupun di masyarakat, menjadi model bagi anak didik, menginspirasi peserta didik, sehingga jadi guru idola peserta didik. Ketika menghadapi situasi yang tidak menyenangkan misalnya, bisa menunjukkan yang baik, guru bisa menjadikan contoh / role model bagi peserta didik , menyikapi situasi yang kurang nyaman menjadi sesuatu yang biasa-biasa saja dan menjadi nyaman itu tentu menjadi model bagi anak didik, Ungkapnya.
Heni meminta pada seluruh peserta coaching Clinic bahwa, membangun kesadaran semua anak yang memiliki keunikan berbeda-beda, memiliki kemampuan yang berbeda beda, lebih kepada hal-hal yang sifatnya kinestetik entah itu dia banyak aktivitas yang sukanya olahraga, menari, beraktivitas yang menguras fisik, ini tentu tidak akan sama dengan anak-anak yang lebih ke visual, misalnya ketika dia dihadapkan pada video, dia akan lebih bisa menangkap materi yang ia terima, maksudnya kata dia, menjadi guru pandai-pandai melihat anak didiknya ada di mana, mungkin materi yang diberikan sama tapi strateginya antar anak bisa berbeda, jelasnya.
Selanjutnya Heni berpesan, melalui Great Teacher, guru yang digugu dan ditiru ini banyak memberikan motivasi kepada peserta didik kita, karena saat ini terjadi perubahan yang sangat luar biasa, anak didik kita dibingungkan dengan dibanjiri informasi, entah itu benar maupun yang hoax ada di hadapan kita. Berikan keleluasaan untuk memilih, kalau orang dewasa barangkali sudah bisa memilah dan memilih, anak-anak kita ini yang masih kebingungan sebenarnya Ini realita, fakta, atau hanya opini orang-orang saja. Apakah ini kebenaran atau hanya hoax, nah melalui bimbingan Bapak dan ibu guru diharapkan anak-anak kita bisa lebih terarah, termotivasi ke arah yang lebih baik, kita memiliki banyak sekali hal yang bisa dinilai tidak hanya sekedar kemampuan akademik saja, atau kemampuan baca tulis hitung saja, tetapi banyak hal yang bisa dinilai perilaku anak-anak kita terutamanya yang ada di PAUD maupun SD.
Selanjutnya Heni menerangkan bahwa kelas awal ini ada 6 Kompetensi Pondasi yang bisa dijadikan alat untuk bapak dan ibu guru melakukan penilaian kemampuan peserta didik kita terkait dengan
1). Nilai-nilai agama dan Budi pekerti.
Apapun agamanya ini mengajarkan sesuatu yang sama terkait dengan kebenaran yang berhubungan dengan hubungan antar manusia. 2). Keterampilan sosial dan penggunaan bahasa. Menyampaikan informasi ketika mereka sepakat atau tidak, mohon diajari bagaimana ketika ada peraturan boleh dan tidak boleh itu diberi ruang anak kita untuk bisa menyampaikan pendapatnya, menyampaikan dengan lebih cerdas dengan bahasa-bahasa mereka.
3). Kematangan emosi.
ketika menghadapi situasi yang tidak menyenangkan anak-anak harus ditinggal sendiri di sekolah tidak didampingi oleh orang tua bagaimana menyikapinya. Dan ini kemampuan bapak dan ibu guru untuk bisa membantu anak-anak untuk belajar beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
4). Kematangan Kognitif.
kematangan anak-anak berpikir dari awal ketika masuk ke kelas kondisinya seperti apa belum bisa membedakan benar dan salah, belum bisa membedakan ini barang saya itu barangnya teman saya yang tidak boleh dibawa pulang. Seiring berjalannya waktu Bapak dan Ibu guru mendampingi peningkatan kemampuan penalaran anak didik kita dari waktu ke waktu.
5). Keterampilan Motorik
kemampuan baca tulis hitung ketika masuk ke sekolah atau di kelas, baik motorik halus maupun motorik kasar ini juga menjadi perhatian Bapak dan Ibu guru. Bagaimana anak didik memegang pensil yang awalnya pasti sulit sekali apalagi disuruh menulis, ketika berjalannya waktu selang berapa bulan 1, 2, atau 3 bulan sudah mulai saraf motorik halusnya berkembang, begitu pula dengan saraf motorik kasarnya, dengan aktifitasnya melompat, berjalan, merangkak dan sebagainya, Bapak dan Ibu guru, agar tahu persis perkembangan kondisi fisik peserta didik kita.
6). Tanamkan bahwa Sekolah itu menyenangkan.
Seperti peserta didik Bapak Ibu ketika merasa sekolah itu menyenangkan maka dia akan menjadi pembelajar sepanjang hayat yang tertanam dalam benaknya. Oleh karenanya Bapak Ibu ciptakan sekolah-sekolah kita sekolah yang menyenangkan sehingga anak-anak kita akan selalu kangen datang ke sekolah dan itu untuk menjadi pembelajar sepanjang hayatnya. Demikian jelas Heni.
Sementara itu Ninik Cahyaningsih, S. Pd selaku ketua panitia kegiatan melaporkan bahwahasil yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalahTerimplementasikannya transformasi pembelajaran di satuan pendidikan secara utuh dan berkelanjutan melalui:
- Meningkatnya pemahaman dan implementasi transformasi pembelajaran.
- Meningkatnya pemahaman dan implementasi tentang Asesmen Nasional.
- Meningkatnya implementasi tentang Rapor pendidikan melalui eksplorasi, unduh, dan analisis, serta Penyusunan RKAS dan ARKAS
- Meningkatnya implementasi Kurikulum Merdeka, Pemanfaatan Platform Merdeka Mengajar dan menguatkan komunitas belajar intra sekolah.
- Meningkatnya implementasi tentang Transisi PAUD SD yang menyenangkan
- Meningkatnya implementasi tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Satuan Pendidikan.
- Tersusun rancangan strategi implementasi di sekolah inti dan pengimbasan di sekolah
Ninik juga menyampaikan tentang sasarankegiatan Coaching Clinic Sekolah Inti Transformatif Angkatan XI yaitu Kepala Sekolah dan guru dari Sekolah Inti Transformatif jenjang PAUD, SD, SLB MTs dari kabupaten dan kota prov. Jateng, dengan jumlah peserta smuanya 235.