(Bandung Barat)-, Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلاَّ إِلَى ثَلاَثَةِ مَسَاجِدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ، وَمَسْجِدِ الرَّسُولِ – صلى الله عليه وسلم – وَمَسْجِدِ الأَقْصَى
“Tidaklah pelana itu diikat yaitu tidak boleh bersengaja melakukan perjalanan (dalam rangka ibadah ke suatu tempat) kecuali ke tiga masjid, Masjidil Haram, masjid Rasul –shallallahu ‘alaihi wa sallam / Nabawi dan masjidil Aqsho” (HR. Bukhari)
Umroh biasa disebut juga sebagai haji kecil. Sama dengan ibadah haji, pelaksanaan umroh dilakukan di tanah suci.
Secara bahasa, pengertian umroh adalah berkunjung ke suatu tempat. Sedangkan menurut istilah fikih, umroh berarti melakukan serangkaian ibadah, yang terdiri dari tawaf, sa’i, dan diakhiri dengan tahalul. Pelaksanaannya lebih fleksibel, karena dapat dilaksanakan sepanjang tahun, juga tidak dibatasi kuota seperti haji.
Dalam rangka mewujudkan program pendidikan Jabar masagi dan memperluas wawasan global, SMAN 2 Lembang dan SMAN 1 Padalarang menghadirkan program beasiswa umroh bagi pelajar.
Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah SMA Kabupaten Bandung Barat, Lina S.Pd, M.T, Mantan Kepala SMAN 2 Lembang yang saat ini menjabat sebagai Kepala SMAN 1 Padalarang mengungkapkan program beasiswa umroh yang sebelumnya dilaksanakan di SMAN 2 Lembang tahun ini akan terlaksana di SMAN 1 Padalarang.
“Awalnya pihak sekolah melihat potensi pembiasaan infak setiap guru dan siswa, serta alumni untuk masjid yang saat ini terbangun dan mencapai daya tampung sekitar 800 orang. Pembiasaan itu bagian dari potensi untuk mewujudkan program beasiswa umroh bagi pelajar dan guru atau meningkatkan / mengalihkan pembiasaan kebaikan ke kebaikan yang lainnya. Maka pihak sekolah melaksanakan sosialisasi ke orang tua, siswa serta guru, dan hasilnya mereka sepakat untuk program tersebut,”jelasanya saat wawancara khusus bersama Koran SINAR PAGI di ruang kerjanya
Dari infak harian yang suka rela dengan kesepakatan para murid yang jumlahnya hanya Rp.500 setiap hari senin-kamis, dengan jumlah siswa misalnya 1200. Hasilnya dapat membiayai program umroh untuk 2 siswa, kalau pengumpulan infaknya mencapai sekitar Rp.60 juta.
Sedangkan untuk guru dan tenaga kependidikan yang mencapai 90 orang, jika perorang 25 ribu setiap bulannya akan mendekati 30 juta selama 1 tahun, kurangnya bisa ditutupi dari guru yang memberikan infak 50 ribu sebulan. Sistem pengelolaannya infak siswanya ditampung dibendahara kelas, lalu disetorkan ke pihak bendahara sekolah yang khusus mengelola uang tersebut.
Lina S.Pd, M.T menyampaikan program umroh pelajar dan guru akan dilaksanakan pada bulan September dan Agustus proses seleksinya. Ada 3 orang totalnya yang tahun sekarang akan berangkat umroh. Sebelumnya mereka diseleksi hafalan Al-quran oleh lembaga quran dari luar sekolah agar lebih objektif.
Lina S.Pd, M.T mengungkapkan melalui program umroh itu, para pelajar dapat memperkuat wawasan global dan mensukseskan program Jabar Masagi.
Lina S.Pd M.T juga menceritakan bahwa program beasiswa ini diminati oleh sekolah di luar pulau Jawa, ada Sekolah dari luar Jawa yang japri atau kontek langsung ke kita menanyakan hal tersebut. “Saya jelaskan bahwa suksesnya program tersebut diawali dengan pembiasaan dan komitmen bersama, dan infak seperti itu bukan termasuk pungutan liar,”ucapnya.
Menurutnya melalui kegiatan di luar sekolah atau para siswa melaksanakan perjalanan jauh itu ada proses pendidikan tambahan yang lebih bagus. Seperti perjalanan ke acara P5 di taman mini dari Bandung ke Jakarta, mereka dapat melihat secara langsung perkembangan di luar, saling membantu saat diperjalanan, bersikap empati atau dapat menambah ilmu. Sedangkan melalui ibadah umroh pelajar akan memiliki pengalaman spiritual global untuk dirinya atau diceritakan ke teman-teman di sekolahnya. Selain itu mewakili mendo’akan sekolah dan teman-temannya secara langsung di dekat kabah.
“Kalau dilihat dari pengalaman yang lalu di sana, jual beli sudah bisa pakai uang Rupiah atau dikenal dengan uang Jokowi, jadi tidak perlu ditukar. Karena uang 50 ribu hampir sama dengan 10 riyal, orang-orang di sana juga sudah banyak yang paham bahasa Indonesia,”katanya.